Diet & Kesehatan

HEPApr2013

Beberapa waktu lalu, saya sempat menulis soal “Diet OCD-OCD-an”. Memang membaca popularitas diet ala Deddy Corbuzier itu, saya tertarik untuk mengetahuinya. Beberapa hari terakhir, Raffi Ahmad juga diekspose sedang melakukan “Diet OCD-OCD-an” seperti saya.

Apa sebenarnya inti dari diet OCD ini? Cuma ada dua: mengatur pola makan dan mengurangi konsumsi karbohidrat terutama nasi. Cuma, dari panduan OCD-nya Deddy, selain “jendela makan” yang disepakati, tidak boleh makan dan minum apa pun selain air bening. Padahal, kekuatan tubuh seseorang berbeda-beda. Tak heran, ada yang sampai sakit dan dirawat RS karena terlalu patuh pada panduan OCD-nya Deddy.

Saya sendiri memodifikasi pola OCD Deddy menjadi aturan sederhana: “makan besar satu kali sehari”. Tapi di luar jam itu, kalau lapar ya saya bisa makan camilan atau minum apa saja. Seperti saat kuliah dulu, saya makan sekitar jam 15-17 sore. Bedanya kalau dulu saya melakukannya untuk menghemat uang, kini untuk kesehatan. Saya tahu saya punya kecenderungan perlu asupan gula tinggi, sehingga saya tidak membatasi makanan dan minuman manis. Oh ya, kategori makan besar adalah makan nasi lengkap dengan lauk-pauknya.

Paling bagus adalah saat puasa, biasanya Senin-Kamis. Karena saya Muslim, ada beberapa puasa sunnah di luar Ramadhan. Saat puasa ini “jendela makan”-nya dua kali. Pertama saat sahur, kedua saat buka. Saat sahur jam 3-4 pagi, saat buka jam 18-21 malam. Berarti total saya berpuasa 20 jam. Hari-hari biasa pun sebenarnya saya berpuasa selama itu. Cuma “jendela makan”-nya ada tiga. “Makan besar” satu kali jam 15-17, “makan kecil” dua kali di pagi jam 7-8 dan di malam hari jam 20-21.

Tidak ada pantangan, tidak ada yang dihindari, tidak ada hitung-hitungan kadar gizi atau kalori rumit. Karena saya punya penyakit maag, maka yang saya kurangi adalah makanan atau minuman yang menyebabkan luka lambung saya makin parah. Contohnya gori (nangka muda), kopi, dan minuman bersoda. Karena penyakit ini pula saya tidak boleh mengabaikan ‘tanda’ bila lapar. Perut harus diisi apa pun yang ada. Kalau tidak, saya bisa muntah darah seperti empat tahun lalu. Alhamdulillah dua tahun terakhir puasa Ramadhan saya sudah bisa penuh satu bulan setelah sebelumnya ‘bolong-bolong’ parah selama 5 tahun. Semata karena disiplin menjaga asupan.

Hasilnya? Lumayan… celana saya sudah mengendur. Kalau lihat timbangan sih sudah turun 7 kg. Hehehe.

Makin saya merasa tua, makin terasa pentingnya kesehatan. Karena bila terlanjur sakit, mahal sekali biayanya. Kita semua tahu itu. Maka, dietlah untuk kesehatan, bukan sekedar untuk penampilan belaka. Namun, pilihlah pola diet sesuai kondisi tubuh Anda sendiri. Jangan terlalu terpengaruh tren. Banyak sekali referensi dari para ahli yang jauh lebih pakar daripada Deddy Corbuzier kok. Seperti ilustrasi yang saya ambil di sini adalah panduan makanan dari Harvard Medical School. Tinggal Anda pilih saja dengan bijaksana.

Ilustrasi: www.hsph.harvard.edu

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s