Guru Kehidupan

life-is-the-greatest-teacher

Sosok guru adalah orang yang mudah dilupakan begitu saja. Terus-terang, saya pun begitu. Sewaktu mengunjungi kembali SMA saya tahun lalu, saya lupa hampir semua nama guru yang ada di sana. Nama-nama yang teringat justru tidak hadir. Umumnya, guru yang masih diingat cuma kepala sekolah, wali kelas, guru yang paling baik dan sayang kepada kita atau malah justru paling killer.

Itu bila kita bicara guru sekolah formal. Sementara saya sendiri mendapati, selain para guru terhormat dari sekolah formal, masih ada para guru dari “sekolah kehidupan”. Mereka inilah yang mengajari kita aneka hal. Bagi saya, itu bermakna banyak.

Seringkali guru kita temui dalam “pendidikan luar sekolah” seperti kursus atau pelatihan. Bisa juga dalam format lain seperti seminar atau workshop. Bahkan ada guru yang tak pernah saya temui. Mereka mengajari saya melalui aneka media, terutama buku. Sebutlah seperti Al Ries, Buffet, Carnegie, Covey, De Bono, Drucker, Kaplan, Kiyosaki, Kotler, Kotter, Lencioni, Matthews, Maxwell,  Norton, Trout, Trump, Ziglar, dan sederet nama-nama tenar lain. Mereka adalah para pakar manajemen, pemasaran, pencitraan, keuangan, motivasi dan aneka bidang keahlian lain. Bahkan para sastrawan pun mengajari saya ‘sesuatu’ melalui karyanya yang memukau. Sebutlah seperti Gibran, Lewis, Tolkien, Shakespeare hingga Rowling dan Coelho. Tentu saja sebagai ‘orang filsafat’, saya juga belajar dari pemikiran dahsyat nama-nama seperti Nietzsche, Kierkegaard, Aquinas, Schopenhauer, Baudrillard, atau Derrida. Para filsuf klasik seperti Plato dan Aristoteles juga mengajarkan banyak hal sebagai guru.

Namun guru paling hebat adalah mereka yang mengajari kita ‘pesan Tuhan’. Itu bisa tukang becak, pengemis, kenek bus kota, bahkan pengemudi bengal yang ugal-ugalan memotong jalan kita. Saya juga kerap menangis saat menonton film-film menyentuh seperti Collateral atau Pursuit of Happyness. Film yang membosankan bagi banyak orang itu juga “guru” bagi saya.

Semua guru itu mengajarkan ‘pelajaran kehidupan’ kepada kita. Berbagai ketrampilan dan kompetensi. Mulai dari negosiasi, kesabaran, problem solving dan hal-hal yang seringkali tak terduga. Maka, marilah kita semua belajar terus-menerus dari semua guru kehidupan. Karena sampai kita mati, kita semua adalah “murid sang hidup”.

Pesan khusus bagi para “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”: Selamat Hari Guru, 25 November.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s