“Tuhan sayang saya”. Itulah kalimat yang selalu saya ingatkan pada diri sendiri. Kini, saya merasa begitu dekatnya dengan Tuhan. Padahal, saya justru masih tetap bandel. Amalan saya seperti sehelai kertas bekas yang sudah tercebur air lantas diremas-remas, hancur. Tak ada peningkatan ibadah yang saya lakukan, yang ada malah kemunduran. Pendeknya, saya tak pantas disayangi Tuhan.
Tapi Tuhan sepertinya punya penilaian lain. Kini, setiap kali saya menghadiri sebuah acara atau melakukan aktivitas apa pun, sepertinya Tuhan menyimpan ‘pesan’ di sana untuk saya. Selalu ada ‘sesuatu’ yang bisa saya bawa pulang. Sebentuk pencerahan atau kesadaran baru. Ini luar biasa bagi hidup saya. Lucu, unik, menggemaskan, aneh tapi sekaligus juga menyenangkan.
Saya tidak pernah merasa diri ‘orang suci’, tapi terus-terang saya merasa ‘terberkati’. Posisi ini bukanlah status atau jabatan, tapi anugerah yang terkadang berat untuk dialami. Ada beberapa ‘berkat Tuhan’ yang dititipkan kepada saya sejak kecil, tapi ada juga yang saya dapati di kemudian hari. Semua ini sebenarnya tidak mudah. Ibarat seorang yang terlahir dengan talenta tertentu, kalau tidak diasah niscaya sia-sia. Tapi kalau diasah, meski belum tentu jadi juara, ia akan harus selalu menjaganya agar tetap berguna bagi kehidupan.
Di sisi lain, oleh mereka yang tidak mengerti, ‘anugerah’ Tuhan ini seringkali dianggap aneh. Bahkan kajian ilmiah kerap menggolongkannya penyakit. Psikologi dan psikiatri mengenalnya dengan aneka nama. “Kedekatan dengan Tuhan” di taraf tertentu seringkali dianggap kegilaan.
Agama yang dianggap candu oleh Karl Marx memang menimbulkan ketagihan atau ekstase tersendiri. Di taraf tertentu, ini sulit dimengerti awam.
Karena itu, saya selalu memaknai hal ini sebagai satu bentuk kasih-sayang Tuhan kepada saya. Sama halnya sebenarnya ALLAH SWT menjamin anak-anak dengan kebutuhan khusus sebagai penghuni surga. Demikian pula dengan orang-orang yang mengasihi mereka. Karena kasih sayang Tuhan seringkali justru terletak pada hal-hal yang terlihat tidak elok di mata manusia. Dan mengingat ini selalu, membuat saya mampu tetap tersenyum, walau betapa pun berat masalah hidup yang dihadapi.
Ilustrasi: supportstore.com