Bagi yang masih punya penghasilan tetap dari bekerja sebagai pegawai, bisa jadi artikel ini akan tak ada artinya. Hari Senin cuma hari biasa, hari pertama masuk kerja dalam seminggu. Kembali bertemu atasan, kembali bertemu rekan kerja, kembali ke rutinitas pekerjaan. Bagi yang masih bawahan siap-siap disuruh-suruh, bagi yang sudah atasan siap-siap menyuruh-nyuruh. Harus meeting, harus bertemu client, harus membuat laporan, harus meng-input data, harus presentasi, harus …. Bla-bla-bla…
Bagi yang sudah bukan pegawai melainkan berada di kuadran lain pencarian penghasilan ala Kiyosaki seperti bekerja sendiri (self employed), wirausahawan (entrepreneur) atau pemodal (investor), tentu punya rutinitas sendiri juga. Meski tidak nine-to-five, tapi tentu sudah ada aktivitas rutin setiap hari.
Nah, masalah muncul bagi yang masih ‘galau’ dalam hidupnya. Ini bisa berarti belum dapat pekerjaan, atau malah baru keluar dari pekerjaan karena ingin mencoba ‘tantangan’ baru. Terutama sekali bagi yang baru mau mulai membuka usaha.
Kemarin, komunitas Tangan Di Atas (TDA) wilayah Jakarta Selatan baru saja menyelenggarakan Start-Up Boot Camp yang memang ditujukan bagi pelaku usaha pemula atau malah ‘baru niat’ usaha. Kebetulan saya menggantikan salah satu trainer yang berhalangan hadir sehingga saya pun sempat membagikan sedikit ilmu kewirausahaan. Padahal, sebenarnya saya sudah berniat untuk tidak ‘mengajar’ karena sempat dianggap tidak kompeten di sana. Tapi karena niatnya menolong, saat ‘darurat’ tidak ada trainer, saya pun menawarkan ‘bantuan’.
Dalam acara tersebut, terlihat sekali banyak yang masih gamang untuk bertindak. Banyak hal yang dipikirkan. Tapi sebenarnya banyak yang jadi beban pikiran itu masih belum perlu dipikirkan. Misalnya dalam sesi saya, ada yang bertanya, “Kapankah produk saya perlu diganti produk yang baru?” Padahal, jangankan perlu diganti, lha wong produknya saja belum ada kok.
Di sini, berbeda dengan tulisan saya di situs tdajaksel.com yang berjudul “Jadi pengusaha hanya perlu otak kanan?”, justru ‘otak kanan’ sangat diperlukan di sini. Karena baru akan memulai usaha, perlu keberanian bahkan sedikit kenekatan. Kalau tidak berani bertindak, tentu tidak akan jadi apa-apa.
Bagi teman-teman yang baru mulai usaha atau malah ‘baru niat’, kendala utama adalah ‘takut gagal’. Memang, segala sesuatu pasti ada resikonya. Tapi, di sini kita harus mengambil resiko itu. Kalau kita jadi ‘pemain’, cuma ada dua resiko: menang atau kalah. Tapi kalau kita tidak ‘ikut main’, cuma ada satu ujung: kalah. Makanya, jangan jadi penonton saja, jadilah pemain kalau mau memenangkan kejuaraan.
“Take action!”
“Bertindaklah!”