Jalan menuju kesuksesan terjal dan sulit. Tapi tentu tidak semua. Ada beberapa orang yang beruntung sehingga seolah terlihat mudah. Ini adalah faktor “luck” yang sulit diprediksi siapa pun. Hanya saja, sekarang relatif lebih mudah untuk mempelajari jalan sukses orang lain. Ada banyak pelatihan apa pun nama dan formatnya yang membagikan “formula sukses”. Ada yang berdasarkan “best practice”, tapi ada juga yang menurut para pakar secara akademis.

Nah, masalah muncul kalau kita ‘mendengar’ atau ‘membaca’ terlalu banyak. Hal itu malah membuat bingung. Dan paling fatal kalau tidak praktek atau melakukan tindakan apa pun. Tahu banyak tidak otomatis membuat kita mahir.

Apa yang seringkali membuat saya heran adalah keinginan orang untuk “instant”. Dia mau “lompat” langsung ke posisi dalam hidup seseorang yang sudah sukses. Padahal, apabila ada 10 anak tangga kesuksesan, orang yang sukses itu pasti sudah melewati anak tangga pertama lebih dulu. Hanya saja, ada yang “langkahnya” panjang sehingga cepat, ada yang lebih lambat.

Yang harus diperhatikan dari sebuah formula adalah adanya kondisi “ceteris paribus”. Dalam dunia ilmiah, sebuah eksperimen misalnya selalu berada dalam suhu kamar. Inilah kondisi yang diandaikan “tetap” atau “tidak berubah”. Maka, bila ingin meniru formula sukses seorang role model, kita harus menyamai kondisi yang dia miliki. Misalnya yang bersangkutan lulusan luar negeri sedangkan kita tidak, maka ada kondisi yang tidak sama. Ini harus dicari substitusinya. Misalnya kita bergabung di komunitas alumni sekolah kita sendiri atau orang lain, misalnya teman kita.

Tidak ada formula sukses yang pasti berhasil untuk semua orang. Sama saja tidak ada obat untuk semua penyakit. Ujung dari semua ini adalah penerapan dalam pengalaman kita. Mana yang paling nyaman saat dijalankan dan paling berhasil diterapkan, itulah formula sukses yang cocok bagi kita.