Tanggal 31 Oktober diperingati sebagai Halloween oleh banyak masyarakat barat. Ini memang semacam tradisi budaya di sana. Di Indonesia, ada beberapa klub dan tempat hiburan malam yang juga menggunakan tema ini. Tapi, secara umum, kita tak mengenal tradisi ini.
Hallow itu lingkaran di belakang kepala tanda orang suci (Saint). Lazim digunakan dalam gambar Kristiani. Kata “Halloween” sebenarnya akronim dari “Hallow Evening”. Tradisi Kristiani ini sendiri tidak asli, karena konon berasal dari budaya pagan Gaelic Samhain yang mengejawantah dalam festival panen Celtic, Skotlandia.
Inti dari perayaan ini adalah “memperingati orang mati”. Kematian yang misterius dibuat lucu sehingga ia tidak lagi terlalu menakutkan. Di antara orang mati terdapat pula para martir dan orang suci tadi. Itulah sepintas penjelasan alasan awal diadakannya Halloween.
Namun kini, sama seperti Natal dan tradisi lain, telah terjadi komersialisasi dan kapitalisasi. Halloween semata menjadi komoditi. Bahkan makna religiusnya tak lagi terasa. Anak-anak di dunia barat menjadikan ini serupa dengan tradisi “saweran” di kita. Mereka berkeliling dari rumah ke rumah untuk meminta “sedekah” berupa permen atau makanan. Bila pemilik rumah menolak, maka akan “ditakut-takuti”.
Hari orang mati ini sepanjang tidak melibatkan ritus boleh-boleh saja dilakukan. Bagi saya, ini seperti mengingatkan pada kematian yang sebenarnya dekat, tapi tak disadari. Bahkan penggunaan berbagai simbol setan dalam tradisi perayaan ala barat membuat saya ingat pada aneka makhluk yang pernah saya lihat dan temui (yep, I am psychic). Mereka malah membuat saya makin takut pada Tuhan dan mengingat mati. Beda dengan Kristen, dalam agama Islam setan lan konco-koncone bukanlah musuh Tuhan vis-a-vis, tapi ia musuh manusia. Tuhan dalam konsep Islam adalah Sang Maha Mutlak, The Ultimate One par excellence Godself. Ia yang Maha Tertinggi Tak Terjangkau Tak Terbandingkan, tapi lebih dekat dari urat leher kita sendiri. Saya yang bipolar dengan mudah memahami konsep ini. Tapi banyak orang yang tidak.
Tuhan itu menyeramkan lho. Siapa bilang ia “berwajah” lembut? Buktinya Ia menciptakan neraka. Tapi, sama seperti kepala sekolah atau unsur penegak hukum di dunia, Tuhan hanya “galak” pada mereka yang bersalah. Dan tentunya salah itu tak ditebusnya dengan tobat sebelum mati.
Sama seperti Valentine atau perayaan di tradisi Kristiani lain, bagi saya tidak salah ikut ramai-ramai berpesta. Sepanjang mematuhi kaidah tidak melanggar akidah dan syari’at seperti ikut ritual, makan-minum yang haram, bertindak asusila dan sebagainya. So, enjoy aja…..
Ilustrasi: www.americanclub.org.nz