Orang sombong biasanya tidak tahu dirinya sombong. Seperti saya. Tapi orang sombong pasti tetap punya bolong-bolong. Dia sombong sebenarnya karena menutupi kekurangannya. Dan kekurangan itulah bolong-bolongnya.

Kalau diibaratkan, orang sombong itu seperti memakai “baju jaring-jaring”. Baju macam ini seringkali dipakai oleh junkies atau mereka yang “melambai”, tentu bagi yang pria. Tentu saja, si pemakai merasa keren. Tapi yang melihat belum tentu berpendapat sama.

Sifat sombong seperti yang saya miliki sebenarnya terlihat jelas oleh orang lain, tapi si pemilik sifat sendiri kerapkali tidak menyadarinya.

Membuat si pemilik sifat sadar seperti menabur garam di lautan. Sia-sia. Lebih baik dibiarkan saja agar Tuhan sendiri yang menyadarkan. Karena orang sombong akan memandang orang lain lebih rendah daripada dirinya sendiri. Dan karena itu ia tak akan mau mendengarkan saran, kritik atau nasehat dari orang lain.

Bagaimana menghadapi orang sombong? Di sini Islam memberikan satu kemudahan. Kita boleh sombong kepada orang sombong. Tapi, itu kalau mampu. Misalnya kita menghadapi orang yang memamerkan perhiasan emasnya, maka,kita boleh mengenakan perhiasan berlian kita. Tapi, itu kalau kita sendiri punya lho.

Kalau tidak, tentu solusinya adalah menghindar atau justru merendah. Menghindar berupaya tidak berinteraksi dengannya, atau merendah serendah mungkin sehingga dia hampir mustahil menghina kita lagi. Dengan begitu, minimal kita terhindar dari rasa sedih, malu atau terhina dari kesombongan orang itu. Tidak berteman dengan orang sombong nggak mati kok. Ora patheken kata orang Jawa.

Foto hanya Ilustrasi dari: sorciere9.wordpress.com