Sukses Itu Apa Sih?

kunci-sukses

Terungkapnya peran seorang auditor BPK dalam pembunuhan Holly mungkin mengejutkan publik, tapi tampaknya polisi tidak kesulitan mengaitkannya. Jelas sekali motifnya, korban adalah istri siri tersangka. Sebagai seorang pejabat negara, tersangka jelas tidak ingin istri sirinya merepotkan karirnya. Apalagi sebenarnya sang auditor itu terbilang sukses.

Saya tidak masuk ke pokok perkara. Cuma ingin menyoroti mengenai kata “sukses” itu sendiri. Berkarir puluhan tahun, membina hubungan baik dengan banyak orang, meningkatkan kompetensi, menjaga agar tetap berada “di jalur”, namun terpeleset karena hal yang sebenarnya malah di luar karir itu sendiri. Masalah pribadi, masalah asmara, masalah di luar kepatutan.

Sukses yang dicari-cari banyak orang sangat diidentikkan dengan uang. Punya uang berapa sih untuk bisa dibilang sukses? Berapa ratus juta? Berapa M? Berapa T? Mau punya berapa gunung emas? Mau punya berapa gedung pencakar langit? Mau punya berapa hektar tanah?

Kita lihat tersangka lain. DS yang seorang polisi. Kurang apa dia? Harta berlimpah, karir mencorong, istri cantik dan lebih dari satu pula. Wah, sepertinya impian semua orang. Tapi sepertinya dunia ini masih kurang buat dia. Korupsi itu kan karena ketahuan, kalau tidak ketahuan ya niscaya beberapa tahun lagi bisa menikmati pensiun dengan santai. Sudah begitu, dia penegak hukum pula. Tapi malah mengangkangi hukum.

Saya sendiri kenal beberapa orang seperti ini, langsung atau tidak langsung. Saya agak bingung juga. Terjadi dilema moral dalam diri saya. Secara kasat mata, saya tahu pejabat atau mantan pejabat negara seperti orang-orang tersebut mustahil bisa sesukses itu secara finansial. Tapi, pribadi mereka baik. Ramah, supel, tidak sombong, gemar membantu orang lain, pendeknya, siapa sih yang tidak jatuh hati? Di sini bukan berarti jatuh hati seperti asmara dua lawan jenis lho, tapi artinya kita menjadi senang kepadanya. Sulit rasanya percaya bahwa mereka itu adalah orang-orang sejenis DS.

Memang, dunia ini menggiurkan. Yang sudah punya harta berlimpah dan istri cantik saja masih merasa kurang. Apalagi orang-orang seperti saya. Tapi justru di situlah letak iman. Di saat orang lain tak melihat, kita tahu ada Yang Maha Melihat. Ah, saya mungkin bicara (atau menulis) begini semata karena belum kebagian saja. Kalau saya kebagian, belum tentu iman saya kuat. Wong saya ini kapiran kok…

 

Ilustrasi: pengukir.wordpress.com

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s