Salah satu cara untuk mengusir galau (pesan sponsor: lengkapnya tunggu buku saya yang akan terbit segera ya… diterbitkan oleh penerbit besar nih… it will be my milestone,alhamdulillah) adalah dengan memulai kebiasaan baru. Jangan salah, galau itu bukan cuma karena PHK (Putus Hubungan Kekasih) saja lho, tapi juga bisa karena PHK (Putus Hubungan Kerja) betulan atau sebab-sebab lainnya.
Ketika galau melanda, seringkali banyak orang menarik diri. Apalagi bagi yang introvert seperti saya. Tapi, justru kita harus melawan kecenderungan ini. Kita harus keluar. Bertemu orang baru. Mencoba pengalaman baru. Melatih ketrampilan baru. Memulai kebiasaan baru.
Nah, yang terakhir inilah yang saya sedang terus lakukan akhir-akhir ini. Selain didasari alasan untuk merubah pola hidup agar tidak terdeteksi ‘musuh’, juga untuk membuat galau menghilang. Salah satunya adalah diet OCD (Obsessive Corbuzier’s Diet). Ini sebenarnya diet ‘akal-akalan’ ala Deddy Corbuzier. Tidak ada landasan ilmiahnya, hanya coba-coba. Singkatannya pun ‘pelesetan’ dari salah satu sindrom penyakit kejiwaan: Obsessive Compulsive Disorder. Tapi karena dia selebritis, di Indonesia lantas ngetop. Apalagi ada testimoni ala klinik “Tong-Fang”. Maka, merebaklah popularitasnya. Banyak yang tertarik mencoba, termasuk saya.
Terus-terang saya malah tahu mengenai OCD ini dari liputan di media massa cetak, bukan dari social media. Padahal, awal popularitasnya sendiri adalah dari soc-med.
Inti dari OCD sebenarnya cuma dua: mengubah pola makan dengan mengatur jam makan. Kita bisa memilih mau pola seperti apa. Makan cuma dalam ‘jendela’ yang telah ditetapkan, selebihnya puasa makan namun boleh minum air putih. Sebenarnya ini model puasa ala Katholik, namun Deddy bilang ia terinspirasi dari para rahib Buddha di Tibet. OK-lah. Konkretnya, kalau kita berketetapan puasa selama 20 jam –konon ini yang paling efektif- selama itu pula kita tidak boleh makan apa pun, cuma boleh minum air putih –seharusnya secara diksi air bening yang betul, karena air putih itu susu- saja. Nah, dalam empat jam masa “buka puasa”, kita boleh makan apa saja. Sepuasnya, sesukanya, sekenyangnya. Tanpa batasan, tanpa perlu mengukur takaran gizi, tanpa dihitung. Mungkin terdengar enak. Kalau mau tahu rasanya, cobalah sendiri.
Saya sih merasa cukup nyaman dengan pola OCD-OCD-an ala saya sendiri. Saya tidak diet ketat karena secara teknis tidak gemuk. Tinggi saya 180 cm, secara teori berat badan ideal saya adalah 70 kg. Tapi kalau saya segitu, akan terlihat cungkring. Dulu di tahun 2005-2006 pernah segitu berat saya soalnya. Maka, idealnya adalah 80 kg agar tetap terlihat berisi. Sewaktu puasa Ramadhan kemarin dan karena mengurus Ibu yang sakit, berat badan saya sudah turun 3,5 kg. Lumayan. Hari Rabu kemarin teman baru saya Meridiansyah alias Sacha mengatakan saya agak kurusan, katanya terlihat dari pipi. Saya sendiri merasakannya dari celana yang lebih longgar. Hehehe. Padahal saya baru mulai diet OCD-OCD-an awal Oktober ini. Lumayan lah… alhamdulillah.
Sekedar berbagi, dulu, sewaktu kuliah, saya punya pengalaman membantu kekasih saya. Karena dia pernah jadi model –kalau saya tidak salah ingat dia pernah jadi finalis Gadis Sampul– dan aktif di teater, satu ketika ia didapuk jadi peran utama. Lokasi pentasnya keren, di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) Pasar Baru. Namun, untuk pentas itu ia harus menurunkan berat badan. Setelah diukur untuk pembuatan kostum yang ukurannya dikecilkan beberapa cm, ia ditarget satu bulan harus menurunkan berat badan sekitar 10 kg.
Kami berdua agak panik. Maka, survei dimulai. Tidak hanya ke dokter ahli gizi, juga mendatangi klinik diet yang mahal dan menghadiri presentasi dari MLM yang menjual obat pengurus badan. Akhirnya, dengan menghitung efektivitas dan efisiensi, kami menemukan pola terbaik. Pola ini tanpa operasi, tanpa sedot lemak, pokoknya tidak instant, aman dan sehat. Dan alhamdulillah, akhirnya dalam satu bulan ia bisa turun 14 kg! Pada saat pentas, kostum yang dikenakan malah jadi kedodoran karena finalnya ia bisa turun 16 kg! Whew! (Sepertinya saya bisa menjual pola ini kelak, karena hasilnya menakjubkan. Hehehe).
Tapi jangan salah, untuk bisa meraih hasil seperti itu perlu perjuangan, pengorbanan, dan penderitaan yang tidak ringan. Apalagi bila ingin punya perut eight pack (bahkan bukan lagi six-pack yang lebih populer) seperti Deddy Corbuzier, diet saja tidak cukup. Anda harus berolahraga, terutama fitness. Jelas sekali di sini prinsipnya “No Pain No Gain”. Yep, persis seperti judul film itu. Mau? Mulai dong…