
Kapal induk CV-63 Kitty Hawk milik US Navy. Sedang terbang fly-pass di atasnya adalah formasi pesawat yang (menurut pengamatan saya) dipimpin paling depan oleh E-3 Sentry, lalu diikuti 3 unit EA-6B Prowler, kemudian di ekor 1 unit KA-3 Sky Warrior, di bagian sayap terluar adalah 2 unit F-14 Tomcat dan di sebelahnya adalah 2 unit F-15E Strike Eagle. Foto: history.navy.mil
Sayang sekali saya kehilangan tulisan di blogdetik.com karena adanya perubahan di situs itu tanpa pemberitahuan apa pun kepada penggunanya. Bodohnya, saya tidak menyimpan tulisan cadangan karena ternyata saat itu saya langsung menuliskan di situs tersebut. Padahal, sebagian besar tulisan untuk di internet biasanya saya tuliskan lebih dulu di program pengolah kata, baru kemudian diunggah.
Yah, anggap saja sial akibat ketidaktelitian saya sendiri. Karena tak mungkin menuntut pihak pengelola situs gratis itu bukan? Ibaratnya, sudah dikasih gratis, masa’ masih ngelunjak? Hehe.
Karena itu, menyambung tulisan kemarin, hari ini saya coba reka ulang apa yang menjadi pikiran saya dalam tulisan di blogdetik itu. Tulisan ini tak bisa panjang tentu, karena cuma untuk konsumsi blog, tapi setidaknya, saya mencoba memberikan apa yang menjadi pemikiran sederhana saya.
Beberapa dari hal mendasar yang harus dimiliki Indonesia sebagai negara kepulauan adalah kekuatan angkatan udara dan laut yang lebih massif daripada sekarang. Setidaknya, kita harus punya 5 skuadron utuh (masing-masing berisi 16 unit) pesawat serang/tempur modern generasi ke-4. Ini sekelas dengan Su-30 yang sekarang kita punya sedikit. Sementara Su-27 dan F-16 ini generasi ke-3. Kalau mau, pemerintah sebenarnya bisa ‘meminta’ 1-2 skuadron F/A-18 kepada AS. Jumlah ini dilandasi pemikiran setiap pulau besar harus dilindungi oleh 1 skuadron. Kita punya 5 pulau besar yaitu Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Jawa. Kita juga selayaknya punya minimal 1 skuadron pesawat pembom untuk membuat payung bom dalam pertempuran. Juga pesawat intai termasuk yang tak berawak (UAV=Unmanned Aerial Vehicle).
Bagi saya, idealnya untuk dua armada laut kita yaitu barat dan timur, masing-masing dilengkapi dengan kapal induk pembawa pesawat (aircraft carrier). Ini karena luasnya wilayah perairan kita. Sehingga idealnya kita punya 2 kapal induk, minimal sekelas CV-63 Kitty Hawk milik US Navy. Kita seharusnya juga minimal punya setidaknya 8 unit kapal selam modern. Ini untuk mengantisipasi penyelundupan dan penyusupan. Semua ini sekarang belum terwujud.
Apa yang mulai terwujud justru di TNI AD. Kita kini sudah punya tank tempur utama (MBT=Main Battle Tank). Ini adalah tank dalam kategori berat yang bisa melintas medan paling sulit seperti hutan belantara. Jadi, keliru besar bila ada yang mengatakan infra-struktur jalan kita belum siap untuk MBT. Karena memang MBT bukan diperuntukkan di kota dengan jalan beraspalnya. Penempatan di Kalimantan sebagai bagian dari divisi kavaleri TNI AD merupakan satu penegas kekeliruan pandangan beberapa politisi di Senayan. TNI AD juga baru saja membeli peluncur roket multi laras (MLRS=Multiple Launcher Rocket System). Ini sangat keren buat saya. Karena MLRS yang kita miliki saat ini buatan tahun 1970-an yaitu BM-21 Grad buatan Rusia dan variannya RM-70 buatan Cekoslowakia.
Apa yang kurang sebenarnya justru kendaraan sejenis panser ringan yang mampu meluncur cepat antar kota-kota kecil. Anoa buatan Pindad sebenarnya bisa memenuhi kebutuhan ini, yang bisa dipadu dengan kendaraan buatan negara lain seperti AMX buatan Prancis. Juga bila kita bisa memperbanyak artileri termasuk sejenis howitzer (meriam medan berlaras besar) akan memberikan efek penggentar yang dahsyat. Akan lebih baik juga bila setiap Kodam dilengkapi dengan kendaraan tempur infantri ringan seperti Humvee varian US Army. Karena kita juga perlu mobilitas pasukan, maka APC (Armoured Personnel Carrier) juga perlu diperbanyak. Demikian pula kendaraan dan peralatan zeni seperti jembatan ponton Vickers. Peralatan ini akan sangat berguna di masa damai termasuk untuk misi pasukan penjaga perdamaian PBB.
Yang agak ekstrem bagi sebagian orang adalah saya berpendapat Indonesia seharusnya berhak punya senjata nuklir. Bisa jadi ditempatkan dalam peluru kendali (rudal) antar benua (ICBM=Inter Continental Ballistic Missile).
Kita juga seharusnya memiliki pesawat angkut serbaguna (cargo) selain Hercules yang sudah tua. Pesawat Tupolev buatan Rusia yang jauh lebih besar rasanya layak dipertimbangkan. Juga CH-47 Chinook buatan Amerika Serikat atau Mi-26 Halo buatan Russia. Demikian pula tambahan helikopter serbu juga patut dipertimbangkan selain AH-64-E Apache, Mi-17 dan Mi-35-Hind yang baru dibeli untuk TNI AD. TNI AU mungkin bisa dipertimbangkan memiliki AH-1 Cobra atau UH-1 Huey. Sementara TNI AL bisa mengadopsi HH-60-Black Hawk atau minimal varian NBO-205 versi patroli laut.
Selain persenjataan, kita juga seharusnya memiliki kapal rumah sakit seperti yang pernah dibawa US Navy ke Aceh. Juga pembaharuan perangkat radar kita agar terintegrasi penuh dengan berbagai radar sipil lain. Semua tahu, bahwa di kawasan timur Indonesia masih banyak blank spot radar. Juga di kawasan padat penerbangan seperti di Batam yang berdekatan dengan Singapura, seyogyanya kita memperkuat jangkauan radar.
Terkait radar, seharusnya sebagai negara besar kita juga punya sistem pertahanan rudal darat ke udara (SAM=Surface to Air Missile) otomatis. Jadi, kalau ada pesawat militer asing masuk, sistem rudal dipandu radar kita akan otomatis bereaksi. Tidak akan ada lagi insiden penerobosan pesawat tempur AS dan Australia hingga jauh masuk ke dalam wilayah Indonesia. Penempatan sistem ini tentu di wilayah perbatasan seperti di sekitar Riau-Aceh-Sumatra Utara yang berbatasan dengan Singapura dan Malaysia semenanjung, Kalimantan Barat, Timur dan Tengah dengan Malaysia daratan, Sulawesi Utara mengantisipasi musuh dari arah Laut China Selatan, Papua dengan Papua Nugini dan tentu di sekitar Lombok dan Nusa Tenggara mengantisipasi ancaman dari arah Australia dan Timor Leste.
Dalam menuliskan artikel ini, saya tidak membaca dokumen resmi apa pun milk TNI. Semata berdasarkan “khayalan” saya sebagai penyuka dunia kemiliteran. Maka, judul tulisannya pun “Kekuatan TNI Impian Saya”. Karena itu, kalau terasa seperti mimpi di siang bolong, ya maap… J