Kemarin, saya mengalami satu kejadian yang secara sangat pribadi “menyengat”. Di salah satu sesi dalam forum IdeaFest, kebetulan saya diberikan kesempatan bertanya. Nah, saat saya sedang bicara itu, seorang peserta di sebelah saya menyeletuk. Ia bicara yang menurut saya sarkastis: “secara gue keren gitu…”.
Saya agak bingung, bagian dari pertanyaan saya yang mana yang bisa diasosiasikan bahwa saya membanggakan diri seperti yang dia katakan. Memang, saya bicara percaya diri, tapi bukan dalam konteks belagu saya kira. Saya pikir, kalau ada pooling kepada peserta saat itu, saya yakin justru sebagian besar orang lain di ruangan itu akan sepakat justru gaya dialah yang “sepa”. Padahal, jujur saya memuji wajahnya ganteng, mirip Marcell Siahaan -penyanyi dan mantan suami Dewi “Dee” Lestari- itu. Pekerjaannya -karena dia sebelumnya sempat bertanya juga- adalah creative director sebuah perusahaan periklanan. Keren kan?
Apakah kemudian semua itu memberinya hak untuk mengejek orang lain? Tentu tidak.
Saya sendiri tidak terlalu mempermasalahkannya karena faktanya saya malah santai bisa ngobrol dengan orang-orang lain di ruangan itu, Dan yang bersangkutan malah tidak bisa mingle. Saya kemudian tidak melihatnya lagi hadir di sesi-sesi berikutnya. Mungkin dia merasa kalau “I’m too sexy for those peoples“.
Seringkali, saat hadir di sebuah forum seperti seminar atau workshop, saya melihat para peserta yang hadir begitu defense. Saya seringkali kebingungan mencari teman bicara. Gesture tubuh mereka seperti melipat tangan, memandang lurus ke depan, tidak tersenyum saat bertatapan mata, membuat kita mudah menerka ketertutupan. Apalagi kalau asyik sendiri dengan gadget-nya. Seakan mereka hendak mengatakan, “jangan ajak saya bicara!”
Masalahnya, saya seringkali hadir sendiri ke berbagai forum. Saya bukan tipe “anak geng” yang ke mana-mana berendeng-rendeng. Saya cenderung soliter, Namun, saya sangat terbuka pada sebuah hubungan baru dalam konteks pertemanan. Saya menganggap itu sebagai bagian dari memperluas tali silaturahim dan berjejaring.
Ini memang perlu seni dan ketrampilan tersendiri. Namun, bukan berarti tidak mungkin. Agak tidak mudah karena saya aslinya introvert.Namun, saya melawan ke-minder-an saya itu. Lho iya, saya ini seringkali minder melihat orang lain. Apalagi saya berkali-kali dihina dan dilecehkan bahkan oleh orang terdekat saya sendiri. Tapi, kalau Anda bertemu saya langsung, niscaya itu tidak terlihat. Kenapa? Karena saya lawan.
Saya tanamkan di kepala saya bahwa semua orang sederajat. Semua jabatan itu cuma sementara dan duniawi saja. Jadilah kalau ada forum publik seperti itu saya malah begitu percaya diri hingga seringkali menjadi satu-satunya orang yang berani bicara dengan pembicara yang pejabat sekali pun. Misalnya saya pernah mengejar pembicara hingga ke ruangan VIP khusus. Soft skill semacam ini harus sering dipraktekkan, karena memang cuma bisa lebih baik dengan pembiasaan. Dan salah satu yang harus saya biasakan adalah mengabaikan orang-orang “aneh” yang merasa diri “sempurna” seperti “si Marcell” tadi. 😀
Foto: www.visualphotos.com