Dalam agama saya, manusia adalah satu-satunya makhluk Tuhan yang diberikan kuasa memberikan nama-nama. Nabi Adam a.s. yang dipercaya sebagai manusia pertama, tentu mendapatkan kesempatan unik itu untuk pertama kalinya, Kita sebagai keturunannya, biasanya memiliki kesempatan itu saat memiliki anak. Bagi yang bekerja sebagai peneliti, penemu atau yang berperan sebagai innovator, biasanya juga punya kesempatan menamai temuannya. Misalnya nama bintang baru atau spesies hewan baru.
Bagi manusia, bila memberi nama anaknya, tentu tersemat harapan. Orangtua selalu menginginkan si anak mendapatkan semacam “berkah” dari nama yang disematkan. Hal itu bisa berarti dari arti atau makna namanya, atau sifat yang diinginkan dari nama. Terutama bila nama tersebut diinspirasi atau diambil dari nama orang terkenal yang pernah hidup sebelumnya.
Maka, saat seseorang menyandang nama orang suci, tentu diharapkan kelakuannya juga sesuci namanya. Misalnya saja saat seseorang memakai atau dipakaikan nama “Ahmad” yang merupakan nama lain dari “Muhammad”, Nabi Besar umat Islam, tentu diharapkan perilakunya minimal seperseratusnya beliau. Apalagi arti namanya sendiri secara harfiah adalah “Yang Terpuji”.
Demikian pula dengan bila nama yang disandang adalah nama seorang sufi besar seperti Abdul Qadir Jaelani. Saat saya bekerja di ESQ, saya sempat mendengarkan khotbah dari buyutnya beliau. Saya takjub, Buyutnya saja aura dan kharismanya luar biasa, bagaimana dengan sang kakek buyut ya?
Saya tidak mau menyindir atau menyinggung siapa-siapa. Hanya hendak mengingatkan saja, bahwa kuasa memberi nama ini janganlah digunakan sewenang-wenang. Seperti saya sempat lihat di linimasa Twitter, ada seorang yang mencolek Budiman Sudjatmiko kawan lama saya dan mengatakan akan memberi nama anaknya Soekarnois-Sjahririan. Astaga. Kasihan anaknya kalau memang serius jadi. Karena nama itu jelas akan membawa sesuatu pada si anak. Jangan sampai seperti diistilahkan oleh orang bijak, seorang anak “keberatan nama”. Akibatnya nanti nama dan perbuatan tak sesuai. Nama boleh nama Nabi, tapi kelakuan penjahat. Kan berabe?
Ilustrasi: www.beevolve.com