Cemungut Kakak!

cemungut kakakGaya anak alay mengatakan “Semangat Bung!” dengan tanpa beban itu kini tengah saya rasakan. Luar biasa energi yang didapatkan dari berjejaring dan berkomunitas. Karena aura positifnya menular dan membuat hidup terasa penuh harapan.

Sudah beberapa bulan saya aktif di komunitas Tangan Di Atas (TDA) sebagai pengurus wilayah dan mentor bisnis. Kalau Anda termasuk LifeLearner yang sering mengunjungi blog ini, akan tahu bahwa saya juga sempat menghadiri Rakernasnya di Malang. Dan di sini, saya merasa benar-benar belajar. Bukan sekedar ilmu jadi usahawan yang saya dapat, tapi lebih pada pembelajaran untuk selalu berjuang tanpa kenal menyerah. Juga “ilmu padi”, makin berisi makin merunduk: mengajarkan saya kerendah-hatian alih-alih kesombongan.

Sabtu pekan lalu, dalam acara halal-bil-halal TDA Pusat yang diadakan di Gedung Medco di kawasan SCBD Jakarta Pusat, diputarkan satu film yang sangat inspiratif.  Judulnya “Crocodile in the Yang Tze”, produksi 2012. Tentu ini bukan film bioskop, melainkan film untuk kalangan terbatas. Tadinya, saya tak tertarik pada sinematografinya. Maklum, film ini ‘amatiran’ karena dibuat dengan menggunakan handycam. Saya kira tadinya itu semacam film indie untuk konsumsi festival. Tapi ternyata itu semacam film pembelajaran ala Steven Covey. Bedanya, cara penuturannya bergaya naratif bukan didaktif.

Di film, dikisahkan mengenai bagaimana seorang ahli manajemen berkebangsaan Amerika Serikat mendampingi seorang warga negara China mendirikan sebuah perusahaan teknologi informasi. Sudut pandang narator -yang sekaligus juga si pembuat film- inilah yang digunakan di sepanjang film. Gilanya, si orang China cuma seorang guru bahasa Inggris. Dan dengan perjuangan bisnis luar biasa, akhirnya perusahaan internet pertama di negeri tirai bambu itu berhasil mendunia. Bahkan, mereka mengalahkan raksasa “Silicon Valley” yang hebat: ebay! Memaksa ebay menelan kerugian jutaan dollar dan terpaksa hengkang dari China! Nama orang Amrik itu Porter Erisman, dan nama orang Chinanya Jack Ma. Dan perusahaan China yang mereka berdua bangun bernama alibaba.com!

Saya yang tolol ini saja dulunya mengira alibaba.com itu punya orang Timur-Tengah. Ternyata, nggak ada hubungannya sama sekali. Dan saya terus terang baru tahu nama Jack Ma dari film itu. Kudet banget kan?

Kisah Jack Ma dengan alibaba.com-nya terus terang membuat saya makin bersemangat. Saya tahu tak ada jalan sukses yang instant dan mudah. Menjadi seorang entrepreneur hebat itu jauh lebih sulit daripada meniti karir dari staf biasa sampai menjadi direktur sekali pun. Karena seorang pengusaha menghadapi badai di ‘puncak gunung’ nyaris sendirian, dengan sistem yang harus dia bangun dengan tangan sendiri.

Kini, mindset dan pandangan hidup saya sudah berubah total. Misalnya dibandingkan 31 Maret 2012, saat saya dengan ironisnya dikhianati partner bisnis sekaligus pasangan hidup saya, justru setelah di hari yang sama ia baru saja mengerjakan proyek untuk perusahaan kami. Maka, ketika saya akhir-akhir ini dikhianati lagi oleh partner bisnis yang bukan pasangan hidup -karena dia lelaki beristri, hehehe- saya menjadi sangat santai. Padahal, ada kerugian yang lumayan banyak untuk kelas usahawan seperti saya, mencapai puluhan juta rupiah. Tapi, saya tetap cemungut!

Hari ini, kembali semangat saya dipompa saat halal-bil-halal TDA Jakarta Selatan menghadirkan Johny Rusly. Beliau adalah coach sekaligus usahawan yang pernah berkarir di grup Sinar Mas. Dalam workshop “5 Langkah Membangun Bisnis”, beliau memberikan motivasi agar pengusaha jangan takut jatuh. Meski sebenarnya materinya lebih ditujukan kepada mereka yang masih berada di start-up business –sedangkan alhamdulillah bisnis saya sudah running-, namun inspirasinya tetap mengena. Apalagi kemudian saya membaca buku yang ditulisnya berjudul Jadi… Anda Ingin Menjadi Pengusaha? (2012), saya tambah cemungut.

Buku ini dituils dengan gaya yang tidak biasa, dimana seolah terjadi tanya jawab antara coach dengan “murid-muridnya” yang ingin menjadi entrepreneur. Sebagai “orang filsafat”, saya lantas teringat pada Sophie’s World-nya Jostein Gaarder dimana pembelajaran filsafat yang berat dibuat seperti novel. Gaya bahasa buku Johny Rusly tampaknya terinspirasi dari situ.

Intinya, kita harus terus meyakini bahwa bila kita terus berusaha tanpa kenal lelah, alam semesta dengan izin Tuhan akan tersenyum pada kita. Maka, jadilah saya masih terus bekerja dengan kesurupan di malam Minggu ini. Di saat orang lain mungkin sedang berlibur atau bersantai. Saya mengalami kondisi trance, seperti yang disebut oleh Mihaly Csikszentmihalyi -pakar psikologi asal Hungaria- sebagai “Flow”. Kondisi terhanyut, larut, total dan joyfull serta cemungut luar biasa dalam berkarya. Hingga saya menulis posting ini pun sambil tersenyum 🙂

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s