Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Senin tanggal 9 September 2013 lalu, jumlah postingan di blog ini telah mencapai 2.000 artikel. Tanpa terasa, 6 tahun telah berlalu sejak saya pertama kali memutuskan membuat dan menulis blog ini. Kini, sudah ada lebih dari 2.000 tulisan saya di blog ini saja. Walau sebenarnya ini tidak mencerminkan banyaknya tulisan sebenarnya dan seharusnya. Karena ada sejumlah posting yang tidak berisi tulisan memadai seperti ada di kategori “Hari Libur Nasional”, tapi tetap dihitung. Tapi di sisi lain, seharusnya jumlah 2.000 itu sudah terlampaui beberapa waktu lalu. Itu karena berkali-kali saya absen mengisi tulisan di blog ini. Biasanya karena kesibukan atau menghadapi masalah di dunia nyata.

Toh, saya merasa itu sebagai sebuah “rencana Tuhan”. Posting ke-2.000 saya jatuh bertepatan pada tanggal 9 September, bersamaan dengan hari ulang tahun Presiden SBY. Dan untuk itu beliau sampai menghormati saya. (Hehehe, just kidding. Saya sengaja memilih foto beliau sedang memberi hormat militer, yang saya khayalkan seolah sedang menghormati saya).

Ini mungkin bukan apa-apa. Saya tidak diangkat menjadi Business Partner di perusahaan milik seorang taipan. Saya tidak dikagumi orang lain sampai-sampai saya merelakan diri difoto oleh fotografer amatiran pasangan sah orang lain dan saat melakukannya cuma berdua di apartemen. Lantas saya juga tidak membiarkan foto saya disimpan dan dipajang begitu rupa oleh fans saya itu bak seorang psikopat. Saya tidak dipuja-puja anak buah saya yang tidak tahu kehidupan asli pribadi saya.

Tapi setidaknya saya tidak mengklaim kehebatan diri dengan menginjak kepala orang lain. Setidaknya, saya melakukannya dengan tangan saya sendiri, bukan meminjam tangan orang lain lantas tidak mau mengakuinya.

Pencapaian 2.000 tulisan di blog mungkin bukan apa-apa buat orang yang merasa hebat dengan ijazah master dan piagam penghargaan di dinding. Tapi 30-50 tahun kemudian, saat usia pensiun dan kelak pembuatnya mati, tulisan akan abadi. Dan ijazah serta piagam tak berarti apa-apa lagi. Saat pensiun, seorang pejabat sehebat apa pun akan dilupakan. Tapi seorang penulis, abadi.

Semua orang yang namanya dikenang hingga ratusan bahkan ribuan tahun hingga kematiannya adalah seorang penulis (tentu dalam arti luas, karena bisa saja yang bersangkutan meminta orang lain menuliskan ide atau ucapannya, tapi kemudian karyanya dinisbahkan penulisnya kepada nama yang bersangkutan). Mereka bisa seorang raja seperti Hammurabi, orang pertama di dunia yang menulis kitab undang-undang hukum dengan Codex-nya. Bisa seorang filsuf seperti Nietzsche, matematikawan seperti Phytagoras, ahli pengobatan seperti Hippocrates, penemu seperti Leonardo Da Vinci, politikus seperti John Locke, seniman seperti Michael Angelo hingga orang suci seperti Muhammad SAW, Buddha dan Yesus. Dan dalam Islam, agama yang saya anut, tulisan adalah bagian dari ilmu. Ini satu dari tiga yang akan selalu menemani manusia di alam kubur hingga hari kiamat kelak. Itu karena ilmu adalah legacy (warisan berharga) bagi kemanusiaan.

Saat manusia mati, semua ditinggalkan. Mobil, rumah, harta, pasangan hidup apalagi cuma jabatan. Apa yang kita bawa ke hadapan Tuhan hanya amal-ibadah. Dan yang tidak meninggalkan kita hanya tiga: amal-ibadah, ilmu yang bermanfaat bagi orang lain dan anak shaleh yang selalu mendo’akan orangtuanya.

Karena itu, semoga pencapaian sederhana ini membuat saya makin bersemangat untuk terus berbuat dalam kehidupan bagi kemanusiaan dan memberi bagi sesama. Saya hanya punya pamrih kecil, semoga semua ini dicatat ALLAH SWT Sang Tuhan Sejati dalam kitab kebaikan saya. Dan Anda LifeLearner, yang berkenan membaca tulisan di blog ini juga mendapatkan kebaikan serupa. Aamiin.

Simak juga tulisan saya yang “serupa tapi tak sama” di Kompasiana hari ini:

http://media.kompasiana.com/new-media/2013/09/13/10-tip-aktif-menulis-di-blog-589308.html