Bismillahirrahmaanirrahiim.
Pada hari ini, di hadapan sebagian orang yang insya ALLAH menjadi tim yang bekerja bersama, saya paparkan MVVG (Mission, Vission, Value, Goals) perusahaan dan aktivitas sosial lainnya. Terutama sekali, terkait cita-cita saya untuk bangsa. Tidak dengan presentasi profesional menggunakan Power Point misalnya, tapi cuma dengan ngobrol-ngobrol cangkrukan.
Mungkin pada tahapan kehidupan saya saat ini, cita-cita itu terdengar muluk dan tidak masuk akal. Tapi saya teringat pada salah seorang yang sempat saya kagumi, tokoh yang menjadi pucuk pimpinan ESQ Way-165. Dialah Dr. (HC) Ary Ginanjar Agustian. Secara kebetulan pula, sebelum saya bicara dengan beberapa orang tadi, “Tuhan bicara” pada saya untuk mengambil buku tentang Steve jobs, satu di antara begitu banyak tumpukan buku saya. Buku itu berjudul The Innovation Secrets of Steve Jobs: Insanely Different Principles for Breakthrough Success (2010) karya Carmine Gallo. Di buku itu, saya langsung ‘ditunjukkan’ agar membuka bab 2 yang berjudul “Follow Your Heart“.
Astaga! Saya baru tahu bahwa Steve Jobs sama seperti Bill Gates, drop out kuliah. Saya pun sempat drop out di dua kuliah saya, sebelum akhirnya lulus dari kuliah yang lain. Hanya bedanya dengan Gates yang sudah merancang prototype awal sistem operasi Microsoft seusai drop out, Jobs malah hidup tanpa arah tujuan. Ia bahkan sempat hidup menggelandang hingga perlu antre makanan hangat di kapel Hare Khrisna setiap hari Minggu. Tapi, ia menikmati semua itu.
Saya pun sebenarnya begitu. Pasca dikhianati pasangan hidup, saya sempat limbung. Karena itulah saya memutuskan rehat dari dunia bisnis dan kembali masuk ke dunia kerja untuk sementara. Dan saya bersyukur, dunia kerja itu adalah ESQ Way-165. Meski akhirnya saya mengalami ketidakcocokkan dengan atasan langsung saya di sana, namun sosok Pak Ary begitu menginspirasi. Foto yang saya tampilkan di sini adalah saat saya menandatangani kontrak komitmen untuk target tahunan di Rapat Pimpinan Kelompok Perusahaan. Lihatlah, seolah “Tuhan bicara” lagi. Saya baru sadar di foto ini Pak Ary seakan lekat memandangi saya. Tentu saya tak tahu apa yang ada di pikiran beliau, tapi cukup untuk membuat saya ‘mengarang cerita’ ala “grandiose delusion“. Saya berkhayal bahwa Pak Ary berpikir, “This is my boy!“
Ada kisah inspiratif yang tak banyak diketahui orang luar selain yang pernah bekerja di ESQ. Pak Ary sebelum hijrah ke Jakarta adalah pengusaha sukses di Bali. Namun, tiba-tiba ia mengalami kebangkrutan. Konon karena ditipu orang. Di saat bersamaan, ia mengalami musibah pribadi di rumah tangganya. Dan, di saat galau itulah, Pak Ary menulis buku dan merancang konsep ESQ yang kelak membuatnya eksis dalam kehidupan. Anda tahu? Saat memulai perjuangan menegakkan MVVG ESQ, Pak Ary berusia 36 tahun. Dan itu tepat usia saya tahun lalu, di mana saya sedang galau-galaunya dengan masalah yang amat mirip dengan beliau.
Dan you know what, beliau memulai usahanya dari sebuah kantor kontrakan berukuran kecil sekitar 4 X 4 meter persegi di kawasan Blok M. Saya kaget begitu mengetahui fakta itu. Karena lokasinya amat dekat dengan Gereja Kristen Indonesia Panglima Polim Kebayoran Baru, gereja dimana mantan pasangan hidup saya pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum Pemuda Gereja-nya! Ini sekali lagi, seperti “Tuhan bicara”.
Menurut kisah orang-orang yang sudah sejak awal “ikut” beliau, saat di kantor itulah beliau memaparkan impiannya: kelak ESQ akan memiliki gedung pencakar langit. Dan saat itu, 3 orang pegawainya cuma tertawa, mengira beliau just joking. Tapi, mereka terus mendukung beliau dan berjuang bersamanya hingga kini. You know what, cuma 10 tahun dari masa ia mencanangkan impiannya, hal itu terwujud! Kini ESQ memiliki gedung pencakar langit setinggi 25 tingkat untuk perkantoran ditambah 2 tingkat untuk musholla di lantai teratasnya! Gedung itu bernama Menara 165 dan kini menjadi kebanggaan kelompok usaha ESQ yang punya 11 anak perusahaan di bawahnya. Dan kini ESQ Way-165 Group punya sekitar 400 pegawai, dari tadinya cuma 3!
Hari ini, di kantor saya yang sederhana di Manggarai Utara (MU), saya paparkan MVVG itu. Saya hanya berharap, ada “malaikat lewat” yang mengaminkan. Dan dengan membaginya di sini, saya berharap semua LifeLearner yang membaca juga mengaminkan. Semoga cita-cita Bhayu Mahendra Hendrobaskoro untuk bangsanya terwujud. aamiin. Karena seperti Pak Ary, saya tidak sekedar ingin memperkaya diri sendiri seperti umumnya orang lain, tapi berbuat sesuatu yang berarti bagi bangsa ini. Ini adalah pengejawantahan dari salam yang selalu saya tulis di setiap korespondensi: “Sukses! Demi Indonesia Raya!”
Amin Ya Rabbalalamin,semoga cita-cita Mas Bhayu mendapat izin dan berkah dari Allah SWT.
salam semangat.,permisi hadir dan menyimak mas…
A Ang Suherman-d/h Wierodjampang
Riyadh.