Kemampuan Menelan Kekalahan

Christiano Ronaldo 7

CR-7 saat masih di MU

Kalau Anda nggak kuper-kuper amat, pasti tahu dong siapa Christiano Ronaldo? Yo’ay. Dia adalah si ganteng bertubuh atletis nan kaya pujaan para gadis. Pemain sepakbola bernomor punggung khas 7 sehingga dijuluki CR-7. Pernah bermain di Sporting CP Lisbon sebelum dilirik Sir Alex Ferguson dan diboyong ke Manchester United. Berkilau di The Red Devils, klub kaya Spanyol Real Madrid kemudian meminangnya dengan mahar 80 juta euro. Ini memecahkan rekor transfer pemain sepakbola termahal sejagat di tahun 2009.

Tapi kini kita tahu, walau masih simpang-siur, bahwa rekor itu telah dipatahkan. Konon Gareth Bale dilamar el-real dengan mas kawin 85,3 juta euro. Itu menjadikannya pemain bal-balan termahal di kolong langit ini.

Di sini, jelas bahwa CR-7 telah dikalahkan. Tapi apakah ia kalah dalam konteks menjadi pecundang? Tentu tidak. Karena pertandingan berlangsung di luar arenanya. Tidak ada yang bisa dilakukan baik oleh Ronaldo maupun Bale. Kalau pun misalnya mau ada pertandingan, justru antar klub kaya yang berlomba-lomba memenangkan hati pemain idamannya. Tapi, sekali lagi, adakah trofi untuk pemenang? Selain pemain yang diharapkan berprestasi akhirnya datang ke klub yang membelinya mahal-mahal, tentu tidak ada ganjaran apa pun untuk klub yang berhasil mencatatkan rekor. Malah, klub keluar uang banyak untuk mendatangkan pemain impian itu dan menggajinya.

Mungkinkah klub profesional yang diisi para pakar sepakbola salah membeli keputusan saat membeli pemain? Sangat mungkin. Atlet yang dijuluki pemain sepakbola termahal di Bumi bisa saja tak bersinar di klub yang membelinya. Apa sebabnya? Banyak faktor, bisa jadi karena ia cedera panjang atau malah tidak mampu memuaskan pelatih kepalanya. Satu contoh adalah Ricardo Kaka. Pemain yang dibeli oleh klub yang sama dengan Ronaldo dan Bale itu dulu dibeli seharga 56 juta euro dari AC Milan. Ia dibeli di tahun yang sama dengan Ronaldo, 2009. Sayangnya, saat itu ia tak mampu menarik perhatian dari Jose Mourinho yang lebih sering membangkucadangkannya. Akibatnya, meski pernah meraih predikat pemain terbaik dunia 2008, ia tak bersinar di Madrid. Di musim ini, Kaka memilih kembali ke klub yang membesarkannya: AC Milan.

Apakah Kaka kalah? Sebenarnya tidak. Ia cuma tidak berhasil menjadi pilihan pertama. Di sini kita melihat sudah ada dua kasus yang bisa dianggap “kekalahan” (dalam tanda kutip). Bila kekalahan Ronaldo dalam hal harga transfer di luar kuasanya dan tidak ada usaha apa pun yang bisa dilakukan olehnya, kekalahan Kaka juga sebenarnya di luar kendalinya, meski ia sudah berusaha sebaik mungkin.

Karena itu, marilah kita tarik pembelajaran untuk diri kita sendiri. Bahwa sebenarnya hidup ini memang ibarat roda. Menang dan kalah silih berganti. Seringkali dan kebanyakan itu terjadi justru di luar kemampuan kendali kita. Karena itu kalau sekarang kebetulan Tuhan sedang memberi Anda sinar terang, jangan sombong. Kita pasti meredup seiring usia dan waktu. Masa jaya itu tak lama. Jabatan setinggi apa pun pasti akan pensiun. Bahkan meskipun kita pemilik perusahaan sekali pun, niscaya akan ada masanya kita harus turun. Apalagi kalau bukan siapa-siapa seperti saya. Rakyat biasa paling sering menerima kekalahan karena keadaan di luar kendalinya. Justru kemampuan menelan kekalahan dalam hidup jauh lebih penting. Karena kita manusia pasti dikalahkan oleh banyak hal, tapi terutama oleh waktu dan usia.

Catat itu!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s