
Bergaya sejenak di depan papan IHSG di lantai bursa. Kapan lagi? Hehehe
Beberapa hari lalu, saya mendapatkan kesempatan mengikuti Sekolah Pasar Modal (SPM) yang diadakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Tidak ada syarat tertentu untuk mengikutinya, kecuali mendaftar. Hanya saja dibutuhkan kesabaran karena perlu waktu sekitar 3 bulan sejak pendaftaran hingga pengumuman pelaksanaan. Pendaftarnya juga lumayan banyak, maklum, gratis.
SPM ini sebenarnya merupakan semacam perkenalan dari mekanisme transaksi di bursa saham bagi calon investor. Para peserta memang nantinya diharapkan dapat berinvestasi di BEI melalui perusahaan efek Anggota Bursa (AB). Seperti kita tahu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu parameter penting dan fundamental dalam ekonomi makro. Kesehatan ekonomi suatu negara kerapkali juga dinilai dari penilaian pasar yang dicerminkan dengan IHSG. Maklum saja, di BEI inilah beredar uang dalam jumlah ratusan trilyun bagi mayoritas perusahaan papan atas di negeri ini. Kesehatan sebuah perusahaan juga dinilai dari keberhasilannya meraup kepercayaan investor di lantai bursa.
Bagi saya sendiri, mengikuti SPM ini insya ALLAH merupakan awal baru dalam kehidupan. Saya mencoba melihat peluang untuk masuk ke kuadran I (Investor)-nya Robert T. Kiyosaki. Terus terang, saya bukan orang kaya, tapi sekedar “orang ada”. Jadi, saya tidak bisa gegabah dalam berinvestasi. Mayoritas warga negara Indonesia juga masih enggan berinvestasi di bursa saham, padahal ini adalah salah satu instrumen investasi teraman, asal tahu caranya. Terbukti, jumlah investor kita baru sekitar 350.000 orang, yang berarti kurang dari 1 % jumlah penduduk.
Dahulu, semasa awal lulus kuliah saya juga sempat menjadi broker bagi perusahaan pialang bursa komoditi yang berinduk ke Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Sayangnya, karir saya berumur pendek saja. Saya termasuk tolol dalam meyakinkan investor. Lagipula, saya tidak tahan dengan kondisi nirgaji yang diterapkan perusahaan. Karena gagal membawa investor masuk, maka tentu saja saya tidak mendapatkan komisi.
Tapi dari beberapa bulan bekerja di sana, saya jadi mengetahui sejumlah hal, terutama cara kerja bursa. Meski jenis yang diperdagangkan berbeda, bursa bekerja dengan prinsip yang sama. Ada analisa fundamental dan teknikal yang sama. Khusus untuk yang ini, diperlukan keahlian membaca grafik ala ahli ekonomi-moneter-akuntansi. Saya merasa beruntung sempat mengenyam pendidikan di bidang manajemen informatika dimana mata kuliah akuntansi diajarkan hingga tiga tingkat. Sehingga, membaca grafik itu relatif mudah bagi saya.
Dalam “dunia sempurna” simulasi, saya juga selalu menang. Ada game computer lama yang dulu pernah saya mainkan ketika kuliah, kalau saya tidak salah judulnya “The Economist”. Juga kini ada permainan papan bernama “Cashflow Game”, semuanya selalu saya menangkan. Apalagi kalau sekedar permainan monopoli, sewaktu SD saya selalu menang sampai-sampai teman-teman melarang saya main. 😀
Kini, saatnya di dunia nyata saya melangkah. Mencoba menerapkan ilmu dan pengalaman ditambah pembelajaran dari SPM dengan berinvestasi di BEI. Insya ALLAH, semoga diberkahi Tuhan ya LifeLearner. aamiin.