Berani Hidup

Sejak SMP, saya sudah mempelajari agama lain melalui literatur, terutama Nasrani. Mantan pasangan saya yang pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum Pemuda Gereja (dan kemudian Ketua Umum ad-interim) di sebuah gereja besar di Jakarta dan sangat ngelotok soal alkitabiah sampai menjadi Guru Sekolah Minggu pun mengakui pengetahuan saya. Koleksi buku saya tentang agama Kristen niscaya lebih banyak daripada orang Nasrani awam. Dan insya ALLAH itu membuat saya berpikiran terbuka dalam menyarap aneka ide dan inspirasi, termasuk di luar soal agamis.

Buku Berani HidupSalah satu buku yang membuat saya terinspirasi baru-baru ini berjudul Berani Hidup: Menemukan HIkmat dan Kekuatan di Balik Situasi Sulit (terjemahan dari Fearless on the Edge), karya Sarah Bowling (Yogyakarta: Andi, 2001). Buku ini –kecuali ayat-ayat kitab sucinya tentu- memberikan saya banyak inspirasi. Termasuk pengayaan kosa kata saya dengan istilah baru yang khas Kristiani. Memang buat orang Nasrani bisa jadi sudah biasa, tapi bagi saya yang Muslim ini menggelorakan semangat baru.

Salah satu di antaranya adalah kisah mengenai Yusuf. Ini adalah salah satu tokoh yang diakui oleh Nasrani dan Islam sebagai orang suci yang patut diteladani, walau dalam kapasitas berbeda. Masa hidup Yusuf penuh onak-duri, naik-turun tanpa terduga. Saat ia masih kanak-kanak, ia ditipu saudara-saudaranya sendiri dan dijual sebagai budak. Hidupnya membaik setelah ia dipekerjakan di rumah seorang pembesar bernama Potifar. Tapi ia kemudian terkena fitnah dari istri majikannya. Ia dipenjarakan karena aslinya menolak bersetubuh dengan sang istri pembesar, tapi sebaliknya Yusuf malah yang dituduh mencoba memperkosa. Namun, kemudian kebenaran muncul dan Tuhan menyelamatkannya.

Ada istilah khas Nasrani yaitu “masa kiri” yang berarti “masa pencobaan”. Disebutkan masa-masa Yusuf dijual sebagai budak dan dipenjara sebagai “masa kiri”. Penulis buku itu menyarankan 3 hal yang menurut saya baik dan bisa diterima oleh siapa saja dalam menyikapi “masa kiri”. Pertama adalah mempertahankan integritas. Kedua, tetap bersandar pada Tuhan. Dan ketiga jangan menyimpan kepahitan. Selain itu selalulah percaya bahwa Tuhan akan membawa kita keluar dari “masa kiri” menuju “masa kanan”. Ini bak adagium yang pernah digunakan oleh Soeharto dalam pidato kenegaraan 16 Agustus 1997 dan juga popular sebagai sebuah lagu oleh Chrisye: “Badai Pasti Berlalu”. Jadi, berani hidup artinya menyadari bahwa Tuhan pasti akan menolong kita yang sedang dalam “masa kiri”, percaya bahwa “masa kanan” pasti datang.

Sumber ilustrasi: http://www.ee.bilkent.edu.tr/~history/Ext/Zubdat.html

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s