Kemarin, saya menuliskan mengenai negative thinking. Sebagai reverse psychology, ini mirip dengan teorema marketing yang justru disebut “anti-marketing”. Karena meskipun antithesis, tapi sebenarnya kita tetap menuju sebuah sintesis. Ini persis seperti dialektika-nya Hegel: tesis vs antithesis menghasilkan sintesis.
Dengan berpikir negatif, kita jadi tahu apa yang terburuk dari diri kita. Maka, kita bisa membaliknya menjadi sebuah hal positif. Hanya orang yang pernah merasakan kelemahan tahu arti kekuatan, begitu dialog yang saya ingat dari film Captain America: The First Avengers (2012).
Di dunia nyata, ada fakta-fakta berikut (sumber lihat catatan kaki):
- Lima puluh persen lebih dari semua direktur perusahaan Fortune 500 mendapatkan nilai C atau rata-rata C di perguruan tinggi.
- Enam puluh lima persen dari semua Senator A.S. berasal dari kelompok setengah terbawah di saat mereka bersekolah.
- Tujuh puluh lima persen dari Presiden-Presiden A.S. pun berasal dari kelompok yang sama.
- Lebih dari 50 persen pengusaha jutawan tidak pernah menyelesaikan perguruan tinggi!
Jangan salah lho, saya tidak menyarankan Anda tidak menyelesaikan pendidikan atau tidak perlu sekolah. Saya bukan orang yang sepaham dengan istilah “kalau mau kaya, ngapain sekolah”? Karena faktanya, pendidikan telah berhasil mengangkat harkat manusia. Para gelandangan yang Anda lihat di jalan itu karena mereka malas dan bodoh di masa-masa emasnya. Baca bukunya dan tonton filmnya, di Indonesia ada “Laskar Pelangi” yang berhasil membalik nasib karena pendidikan.
So, apa maksud saya mengutip hal di atas? Cuma satu: kalau Anda merasa pecundang…tenang, Anda tetap bisa menang. Karena banyak kisah soal ini. Di buku “khusus untuk kalangan sendiri” yang saya kutip pointers-nya di atas, ada cukup banyak contoh soal itu. Saya akan bagikan beberapa bagi Anda, terutama yang tidak sempat membaca atau membelinya.
Karena pemenang dalam hidup itu bukan sekedar karena dipromosi empat kali dalam setahun, bukan sekedar punya apartemen mewah, bukan sekedar punya pasangan hidup kaya-raya, bukan sekedar …. (daftarnya bisa Anda perpanjang sendiri). Tapi lebih dari itu.
Pemenang dalam hidup adalah mereka yang paling banyak berguna bagi orang lain. Tidak sekedar bagi kantor yang menghidupi kita sehingga bisa liburan ke luar negeri dengan santai atau membeli barang-barang sesuka kita, tapi justru kepada mereka yang sama sekali tidak membayar kita. Karena di situlah nilai hidup kita terletak, dan pada akhirnya juga akan memberi arti di mata Tuhan. Tuhan mana pun yang Anda yakini.
Catatan kaki: Disarikan dari Maxwell, John C. Talent is Never Enough (edisi bahasa Indonesia, terjemahan oleh Paula Allo). Jakarta: Immanuel, 2009. p.2 yang mengutip Robert J. Kriegel dan Louis Patler. If It Ain’t Broke…Break It! New York: Warner Books, 1991. p.11.