Islam & Kemerdekaan Indonesia

islam-indonesiaSebagai agama mayoritas di negeri ini, Islam memberikan warna kental bagi Indonesia. Tak hanya pada “hal-hal kecil” seperti pemilihan hari Jum’at di bulan Ramadhan sebagai saat Proklamasi Kemerdekaan, tapi juga hal-hal fundamental seperti dasar negara. Kita semua tahu, sila pertama Pancasila tadinya berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Islam tadinya juga akan dijadikan sebagai satu-satunya agama resmi negara. Tapi dengan kebesaran jiwa para pendiri negara, akhirnya Indonesia dijadikan sebagai negara demokrasi yang terbuka. Tujuh kata warisan Piagam Jakarta itu akhirnya dihapus dari rumusan resmi Pancasila.

Di luar hal-hal makro, kita semua mendengar berbagai kisah mikro di sana-sini. Sebutlah seperti peran para pemuka agama Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Meski sebelum Sumpah Pemuda 1928 perlawanan terhadap penjajah belum bervisi mendirikan negara baru bernama Indonesia, tapi para pejuang bernafaskan ke-Islam-an bertebaran di buku sejarah bangsa. Sebutlah Perang Padri di Sumatra Barat yang melahirkan tokoh seperti Tuanku Imam Bonjol, merupakan sebuah perang yang diproklamirkan sebagai perang jihad.

Kontribusi umat Islam terhadap pendirian negara ini begitu besar. Dan semua sepakat meleburkan diri dalam negara yang Bhinneka. Para pendiri negara sadar, ada umat beragama lain yang harus direkat bersama dalam bingkai ke-Indonesia-an. Tidak ada niat mendirikan negara agama. Dan momentum untuk itu sudah ditutup rapat-rapat dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 disusul penetapan Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945 sebagai konstitusi, Sang Merah Putih sebagai bendera nasional dan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan sehari kemudian.

Sudah selayaknya hal-hal semacam ini diingat kembali. Karena di 68 tahun usia Indonesia, tampaknya ada generasi hilang yang lupa pada hal ini. Mereka menggelorakan semangat separatisme dan fundamentalisme berbasis agama seraya menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Kita harus ingat, Islam Indonesia adalah yang berjiwa merah-putih di dadanya. Artinya meski tetap patuh pada ajaran agama, tapi mengedepankan toleransi demi keutuhan berbangsa.

Foto ilustrasi: islamedia.web.id

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s