Pembalasan Kepada Pengkhianat

Polling MTGW 11 Agustus 2013

Di masa perang, pengkhianat sudah pasti dihukum mati. Tak ada orang yang simpati pada pengkhianat, karena ia mengkhianati kepercayaan dan amanah.

Peperangan antara dua pihak atau lebih mudah diberikan garis batas, karena adanya dua faksi atau lebih yang berhadapan. Pihak yang berperang juga mengenakan seragam, sehingga seperti pertandingan sepakbola, jelas dibedakan mana lawan mana kawan. Nah, pengkhianat berada di dua atau lebih tempat. Ia tidak di sini, tapi tidak juga di sana. Atau malah sebaliknya ia ada di sini dan juga di sana. Ia punya seragam kedua atau lebih pihak yang berseteru.

Dalam bahasa agama, pengkhianat bersifat munafik. Di depan si A ia berkata menjelekkan si B, sementara di depan si B ia berkata menjelekkan si A. Apa yang dikatakannya berbeda dengan apa yang dilakukannya. Tak ada yang tahu ke mana sebenarnya hati dan pikirannya berlabuh, karena ia mengukur segala sesuatu berdasarkan prinsip pragmatisme sebagai oportunis.

Di dalam hubungan interpersonal bersifat asmara, pengkhianat seringkali ditemukan bertebaran tanpa hukuman. Pertanyaannya jadi dilematis, apakah cinta bisa dipaksakan? Kalau sudah tidak cinta pada satu orang, apakah salah mengalihkan cinta ke orang lain? Umumnya jawaban untuk dua pertanyaan itu adalah tidak. Nah, kalau ditambah satu pertanyaan lagi, barulah bisa berubah, “Apakah salah bila seseorang mencintai seseorang saat masih menjalin komitmen dengan orang lain?” Jawabannya barulah ya. Karena di budaya Timur seperti di negara kita, komitmen pribadi sangat dihargai. Di budaya Barat, nilai-nilai seperti ini sudah luntur, tapi sebaliknya komitmen profesional seperti bisnis atau birokrasi malah sangat kuat.

Nah, dalam acara Mario Teguh Golden Ways (MTGW) malam ini, diketengahkan polling terkait hal ini. Diajukan pertanyaan “Anda berpisah dan sangat sakit karena dikhianati oleh orang yang tadinya Anda kira belahan jiwa Anda. Apa yang membuat Anda bahagia?“ dengan tiga pilihan jawaban:

  1. Dia lama tetap sendiri, karena tidak pernah mendapatkan pengganti Anda.
  2. Dia menemukan pengganti Anda, tapi yang mengkhianatinya dengan parah.
  3. Dia menemukan pasangan yang baik dan membahagiakannya.

Sayangnya, jawaban sebagian besar peserta normatif, yaitu memilih alternatif ketiga. Ini seperti pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) di saat saya sekolah dulu. Bila ada pertanyaan dalam ujian atau ulangan, siswa atau murid akan menjawab dengan jawaban yang diperkirakannya diinginkan oleh penanya. Dalam arti, disesuaikan dengan norma yang berlaku secara umum di masyarakat. Contoh, kalau ada pertanyaan: “Apabila Anda menemukan uang di jalan, apa yang Anda lakukan?” Maka jawaban normatif adalah yang bersifat baik, seperti “mencari pemiliknya dan mengembalikannya” hingga yang terkesan “merepotkan diri sendiri” seperti “menitipkannya kepada polisi”. Padahal, kenyataannya kebanyakan dari kita akan memilih antara dua hal ini: membiarkannya saja –mungkin kalau nilai nominalnya kecil atau ada orang lain yang melihat- atau mengambilnya untuk diri sendiri, kalau tidak diketahui orang lain.

Bagi saya, jawaban untuk pertanyaan di polling MTGW jelas: kita bertekad membalasnya karena marah dan dendam. Ini persis seperti pengkhianat dalam perang yang harus dihukum. Tapi masalahnya, kerap kali kita sebagai manusia terlalu pengecut untuk melaksanakan pembalasan itu. Sehingga, seringkali apa yang kita tekadkan itu semata cuma jadi omong kosong belaka.

Selain itu, secara logika filsafat, pertanyaan dengan jawaban di polling MTGW tersebut kurang sesuai. Kata “bahagia” tidak cocok bila diberi ketiga jawaban ala polling MTGW itu. Pemilihan kata yang lebih tepat adalah “senang” atau malah “puas”. Ini kesalahan yang disebut “argumentum ad hominem”. Kalau pertanyaannya tetap seperti tadi (apa yang membuat Anda bahagia), jawaban yang lebih tepat adalah pilihan berikut:

  1. Anda menemukan kekasih pengganti yang jauh lebih baik daripada mantan kekasih yang mengkhianati Anda.
  2. Anda membuktikan bahwa tanpanya Anda baik-baik saja dan melanjutkan hidup sesuai dengan tujuan yang Anda yakini.
  3. Anda mencapai cita-cita dan kesuksesan hidup melebihi apa yang mungkin Anda capai kalau masih bersamanya.

Kalau begitu, baru saya akan pilih jawaban keempat yang biasanya ada di soal pilihan berganda (multiple choice) ala Indonesia (eh, benar lho, di luar negeri tidak ada jawaban model begini), yaitu: “Semua benar!”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s