Mahalnya Kesehatan

priceless healthKita yang lahir sempurna dengan kesehatan prima seringkali menganggapnya sebagai “taken for granted”. Karena “sudah dari sononya” itulah maka kita kerapkali kurang menghargainya. Padahal, coba deh nikmat itu dikurangi sebentar dan sementara, misalnya sakit inluenza yang ringan. Niscaya akan berkurang pula kenikmatan hidup kita. Bayangkan bagaimana kalau apa yang kita nikmati sedari lahir tadi dicabut secara permanen.

Lebih sulit menerima kehilangan anggota atau organ tubuh setelah sempat memilikinya daripada sudah tidak dikaruniai sedari lahir. Dan kini, kondisi itu mengancam Ibunda saya tercinta yang berusia 67 tahun. Terus-terang, saya shock waktu dokter mengatakan “vonis” itu. Tapi saya percaya, ALLAH SWT bukan cuma Maha Baik, tapi juga Maha Penyembuh dan Maha Kuasa melakukan segalanya, termasuk keajaiban. Saya ini jahat (setidaknya menurut 2 mantan pasangan saya: AMP & YPP), tapi bahkan mereka berdua tidak akan membantah fakta bahwa Ibu saya begitu baiknya. Ibu saya adalah yang paling penyabar di antara 13 bersaudara. Waktu saya kecil, sepupu saya malah ada yang minta tinggal bersama kami. Namun, karena kuatir menimbulkan masalah terutama pada saya yang anak tunggal, permintaan itu tidak diluluskan. Hanya saja, keluarga kami tetap membantunya secara finansial hingga dewasa.

Saya baru “dihajar Tuhan” lagi, menyadari fakta bahwa saya sangat durhaka. Saya bukan anak yang berbakti. Seperti saya bilang tadi, saya ini jahat. Saya tak pernah peduli saat beliau sakit. Padahal beliau selalu ada saat saya sakit, baik sakit fisik maupun psikis. Beliau adalah tipe “superwoman” yang mampu mengerjakan segala pekerjaan rumahtangga. Bukan saja masakannya amat enak, tapi bahkan saat saya kecil dan Bapak tidak di rumah, beliau bisa naik ke atap untuk membetulkan genteng yang bocor. Maka, saat beliau sakit begini, terasa sekali “dunia runtuh”. Saya menangis tiap kali shalat, tapi berupaya tertawa dan bercanda di depannya. Tapi saya tahu ayah saya yang mencintainya lebih sedih. Dan di saat seperti inilah cinta mereka berdua terlihat. Subhanallah.

Seringkali kita mengabaikan hal-hal yang terasa remeh-temeh, tapi amat mahal harganya. Misalnya “ngulet” dan buang air. Saat ini, kondisi itulah yang dialami Ibu saya. Dan Anda pasti tahu, dari segi finansial kata “mahal” itu terasa harfiah.

Karena itu saya mohon maaf, bila selama beberapa hari “off” dulu mengisi blog harian ini secara teratur. Tapi seperti biasa, insya ALLAH saya akan “menambalnya” begitu sempat. Satu yang saya mohon dari Anda LifeLearner, adalah keikhlasan untuk memanjatkan do’a. Insya ALLAH Ia akan mencatatnya pula sebagai amal ibadah bagi Anda. Aamiin.

Bhayu blogger Indonesia

image source: townhall.com

2 responses to “Mahalnya Kesehatan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s