Dalam banyak kasus, pendidikan memang berhasil mengangkat harkat dan martabat anak bangsa. Seperti diutarakan Anies Baswedan, program Indonesia Mengajar menyadarkan banyak orang bahwa strata sosial bisa meningkat karena pendidikan. Seorang anak petani misalnya, dengan berkuliah bisa menjadi pegawai negeri atau swasta yang kesejahteraannya lebih tinggi.
Karena itu, tak heran bila banyak orang yang mengupayakan dengan segala cara agar bisa menempuh pendidikan lebih baik. Ini termasuk juga bagi anak-anak mereka. Meski terkadang cara itu terkesan “mengakali” aturan yang ada.
Misalnya dalam proses penerimaan siswa baru, diterapkan sistem rayonisasi agar terjadi pemerataan kualitas siswa dan sekolah. Aturan ini memberikan kuota terbatas kepada siswa dari luar wilayah sekolah bersangkutan. Akibatnya, sekolah-sekolah yang terkategori favorit menjadi rebutan. Dengan cepat kuota luar wilayah rayon terpenuhi. Maka, solusinya adalah “pinjam alamat” agar siswa bersangkutan terkesan masih berada di satu rayon yang sama.
Celah ini ternyata dibenarkan oleh aturan yang ada. Maka, terjadilah praktek “jual-beli alamat”. Bahkan ada calo yang memperdagangkan hal ini. Karena untuk mendapatkan alamat baru, tentu ada prosedur kependudukan yang harus dilalui. Mengurus surat pindah dari RT lama ke RT baru, mencantumkan nama tambahan di Kartu Keluarga, yang untuk mengurusnya harus ke Kelurahan dan Kecamatan, dan sebagainya. Itu tentunya tidak mudah dan perlu waktu.
Tidak usah bicara “anak bangsa” sebagai sebuah entitas jamak, seringkali kita terpaksa bicara “anak” sebagai sebuah entitas tunggal. Artinya, boro-boro mikirin anak orang lain, mikirin anak sendiri saja susah kan? Namun sayang sekali, bila saat orangtua memperjuangkan masa depan anaknya “dengan segala cara”, itu sebenarnya memberikannya contoh kurang baik. Kenapa? Karena kelak ia bisa menafsirkan bahwa untuk suatu tujuan “yang baik”, maka segala cara bisa ditempuh, meskipun “kurang baik”. Percuma meraih nilai bagus dalam pelajaran di sekolah kalau dalam sekolah kehidupan minus bukan?