Anda tentu tak kenal beliau, karena beliau bukanlah tokoh nasional. Tapi di lingkungan tempat tinggal saya di Depok, beliau cukup dikenal. Kenapa? Karena beliau pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kemakmuran Masjid. Meski tentu tiap orang punya kekurangan, namun kebaikan hatinya membekas di hati banyak orang, termasuk saya.
Saya teringat ke masa lalu, sekitar tahun 1999. Meski bukan tipe orang yang senang bergaul, tapi saya mencoba berinteraksi dengan tetangga. Salah satunya ya Haji Musa. Itu ternyata menguntungkan ketika tiba-tiba ada yang memfitnah saya. Pak Haji Musa inilah yang kemudian dengan bijaksana mempertemukan saya dengan pemfitnah sehingga masalah bisa diselesaikan dengan damai. Kualitas tokoh masyarakat setempat seperti inilah yang sering dilupakan “orang kota” seperti saya.
Saya teringat, sekitar tahun 1995, saya sempat mengikuti program bakti sosial kampus saya di sebuah desa tertinggal. Saya ingat saat itu beberapa orang mahasiswa kampus saya yang memang “anak kota” justru sempat salah paham dengan penduduk desa. Dan hanya karena kearifan tokoh lokal sajalah kami tidak diusir dari desa tersebut.
Tadi pagi, ba’da Shubuh, saya mendengar dari corong pengeras suara masjid pengumuman menggema. Saya keluar rumah dan mendengarkan. Ternyata berita duka-cita: Haji Musa wafat. Saya pun mencoba mengabarkan kepada mantan pasangan dan cinta saya yang pertama: AMP. Karena memang hanya dia yang sempat mengenal beliau dari lebenswelt saya. Sayangnya, AMP ternyata sudah lupa pada Haji Musa. Bisa jadi itu karena sudah lama atau kini sudah sibuk dengan kehidupan keluarga barunya.
Saya ikut bersama warga kampung mengantar Haji Musa hingga ke liang kubur. Walau sebenarnya saya tidak kenal dekat dengan keluarga dan kerabatnya, tapi saya merasa berhutang budi pada beliau yang telah menyelamatkan saya dari fitnah di tahun 1999. Semoga beliau beristirahat tenang di sisi ALLAH SWT dan semua yang ditinggalkan semata mengenang kebaikannya. Aamiin.