Ancaman Banjir Besar Lagi di Jakarta?

Melalui berbagai media komunikasi terutama di jejaring sosial, terbetik kabar bahwa hari ini akan ada hujan besar. Itu konon akan membawa implikasi pada banjir besar lagi. BMKG buru-buru membantah berita itu sebagai isapan jempol alias hoax. Saya sendiri tengah malam tadi sempat mengecek ke rumah-kantor saya di kawasan Manggarai dan alhamdulillah ternyata tidak banjir sama sekali. Padahal, lokasi kami sangat kritis karena hanya beberapa meter dari Sungai Ciliwung yang tentunya mengalir dari Pintu Air Manggarai. Secara obyektif, meski dalam Pilkada kemarin saya mencoblos Jokowi-Ahok, namun ini karena pekerjaan dari Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Fauzi Bowo. Saya sempat melihat sepanjang Kali Malang Kanal Banjir Timur (KBT) sudah selesai dikerjakan. Demikian juga di Kanal Banjir Barat yang menyambung ke Pintu Air Manggarai. Inilah yang kemudian menyelamatkan kawasan Manggarai dari terendam banjir seperti tahun 2007. Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Tentu saya tetap prihatin pada warga Jakarta lain yang terkena musibah banjir. Apalagi di utara Jakarta yang terkena dampak lebih lama daripada wilayah lain. Saya salah saat beberapa hari lalu menuliskan kurang simpati pada mereka karena saya anggap kebanyakan mereka “orang kaya”. Padahal, bencana alam tak pernah memandang hal itu. Seorang sahabat yang saya percaya sebagai manager di perusahaan saya rumahnya ikut kebanjiran. Ia bertahan selama lima hari tanpa bantuan dari luar di rumah yang terendam banjir lebih dari satu meter. Padahal, keluarganya bukanlah terkategori “orang kaya”. Dan faktanya sebagian besar yang terkena musibah adalah mereka yang seperti sahabat saya itu. Karena itu saya salah telah bersikap apriori beberapa hari lalu. Semoga Tuhan memaafkan saya.

Dalam hal ini, saat “melakukan sesuatu” pun kita tak boleh pilih-pilih. Petugas di lapangan baik dari TNI/Polri, PMI & KSR, ataupun relawan dari berbagai lembaga kemanusiaan tak pernah “pilih bulu” saat menolong. Siapa pun yang membutuhkan diberikan bantuan. Termasuk evakuasi dengan perahu karet atau logistik. Saya pun yang tak bisa turun ke lapangan cuma bisa membantu sekadarnya saja. But at least, I do something. Gak cuma ngomong atau nulis doang. Apalagi malah jauh-jauh menonton banjir dan mengabadikannya lantas diunggah ke jejaring sosial. Itu sama saja memamerkan ketidakpedulian kita.

Kembali ke soal hari ini, apa pun yang terjadi, sebaiknya tetap bersiap. Sehingga apabila terjadi hujan sekali pun, tidak “gedandapen” (bahasa Jawa: artinya kira-kira “kalang-kabut”) menyelamatkan diri. Bukankah ada pepatah “lebih baik sedia payung sebelum hujan” ?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s