Arti dari bahasa Latin itu secara harfiah adalah “Jalan Derita”. Namun sering disamakan dengan “Jalan Salib” yang bahasa Latinnya adalah “Via Crucis”.
Ini merupakan gambaran yang diambil dari sejarah dimana sebelum disalib Yesus dipaksa berjalan dari Benteng Antonia menuju tempatnya disalib (sekedar informasi, karena perubahan tata kota Yerusalem dan catatan sejarah, rutenya beberapa kali berubah). Tidak sekedar berjalan, Yesus juga disiksa dengan dimahkotai duri serta memanggul kayu salibnya sendiri.
Bagi umat Nasrani, episode penyaliban Yesus ini paling penting karena merupakan inti dari keimanan Kristen. Sehingga, apa yang dialami Yesus diteladani sebagai sesuatu yang luar biasa. Bila Anak Tuhan saja sampai rela menanggung beban kayu salib, maka setiap manusia juga harus mau menanggung salibnya sendiri. Yesus sebagai salah satu dari oknum Trinitas memang dipercayai turun sendiri ke Bumi untuk menanggung dosa manusia yang tak lagi bisa didamaikan.
Maka, dalam kehidupannya, umat Nasrani kerapkali memaknai cobaan dalam hidup sebagai “jalan salib”. Artinya, mereka harus mampu dan kuat menanggung deritanya sebagai sebuah cara Tuhan untuk membebaskan manusia dari dosa.
“Jalan salib” merupakan sebuah idiom yang sebenarnya sebangun dengan “dukkha”-nya agama Buddha, “Samsāra”-nya Hindu dan agama India lain serta “tazkiyatun nafs” dalam Islam (walau tentu tidak sama persis). Artinya, setiap agama punya keyakinan bahwa sebenarnya derita itu cuma cobaan sementara saja. Mereka yang mampu mengatasi derita kelak akan berkemenangan.
Semoga ini menguatkan mereka yang sedang menderita akibat cobaan hidup. Bahwa sebenarnya itu justru karena Tuhan sedang memperhatikan mereka. Bukankah hanya murid yang sudah memenuhi syarat saja yang boleh ikut ujian?
Ilustrasi: christusrex.org