Tsunami, Kiamat & Berkah Tuhan

Bagi warga Aceh,tanggal ini di tahun 2004 akan selalu dikenang. Bayangkan kengeriannya melihat ombak air laut naik hingga enam-tujuh meter. Perlu diingat, tinggi rata-rata manusia Indonesia cuma 1,5 meter. Media massa menggambarkan dengan baik kepanikan warga saat itu. Para korban selamat pun menuturkan bahwa banyak di antara mereka mengira bahwa kiamat sudah datang.

Skenario kiamat seperti itu berarti kiamat karena bencana alam (baca kembali tulisan saya di sini). Kiamat jenis ini lebih sulit diprediksi dibandingkan yang lainnya. Dan paling alami tentu saja.

Tentu pengertian kiamat di sini adalah kiamat ala manusia, bukan kiamat Tuhan. Karena kiamat dalam pengertian agama samawi adalah akhir dunia yang merupakan kehancuran total segalanya. Sementara kiamat dalam gambaran manusia hanya berupa kehancuran sebagian besar Bumi, dimana masih mungkin ada survivor atau orang yang selamat setelahnya.

Kembali ke Aceh di tahun 2004, kita bisa melihat dengan jelas bahwa negara kita adalah negara rawan bencana. Kita dikelilingi lautan luas dan daratannya pun dihiasi rangkaian gunung berapi (ring of fire). Namun Tuhan Maha Adil, meski rawan bencana, namun negeri kita ini amat subur. Berbagai jenis tanaman dan hewan hidup di sini. Keanekaragaman hayati Indonesia adalah yang terkaya dan terbesar di dunia.

Menyaksikan film “5 cm” semalam, saya pun merasa kembali diingatkan. Bahwa di samping carut-marut pengelolaan negara, berkah Tuhan pada negeri ini amat besar. Negara ini cuma salah kelola dan cuma perlu sekelompok warga yang cinta tanah air untuk menjadi pemimpin. Karena mereka yang sekarang dan selama beberapa tahun terakhir menjabat cuma orang-orang yang cinta dirinya sendiri dan mementingkan kepentingan golongannya saja. Andai itu terjadi, niscaya meski terjadi “kiamat” seperti di Aceh delapan tahun lalu, penanganannya akan seperti “surga di bumi”. Karena amanah, akuntabel, cepat dan dilandasi kepentingan sesama.

Sementara kita ingat penanganan pemerintah di tahun itu agak kurang cepat tanggap. Bahkan dengan pongahnya kita sempat menolak dan membatasi bantuan asing. Dana yang ada pun kurang tersalurkan dengan baik dan bisa jadi ada kemungkinan korupsi di sana-sini.

Semoga saja kita selalu ingat-mengingatkan dalam kebaikan, bahwa Indonesia tanah air kita ini adalah berkah yang harus kita jaga. Mulai dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari pulau Rote sampai Nusa Laut. Kita mulai dari diri sendiri dan bergabung bersama rekan-rekan lain yang juga punya visi serupa. Berani?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s