HAM di Keseharian Kita

Hari ini diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional. Karena ini hari Senin, sejumlah elemen masyarakat terutama LSM aktivis HAM memperingatinya lebih awal kemarin. Menurut catatan, adalah International Humanist and Ethical Union yang menyatakan hari ini sebagai Hari HAM Internasional. Hal ini untuk memperingati tanggal penerapan Deklarasi Universal tentang HAM pada 10 Desember 1948 oleh Majelis Umum PBB.

Terlepas dari “bicara besar” soal HAM ini, mari kita tengok ke keseharian kita. Lupakan dulu soal negara dan hak rakyat marginal yang tertindas. Marilah kita bicara soal diri sendiri dulu. Sudahkah kita menghormati HAM orang lain?

Sebenarnya, HAM itu adalah hak yang melekat pada manusia sejak lahir dan tidak bisa dilepaskan karena merupakan anugerah Tuhan. Namun, ia bisa ditindasa dan tidak dihargai orang lain. Misalnya hak hidup. Seorang manusia yang menguasai manusia lain seperti majikan atau penguasa negara sering melupakan hal ini. Mereka seenaknya memperlakukan orang yang dalam kekuasaannya. Nah, bila kita kebetulan menguasai orang lain seperti menjadi atasan, maka kita harus memperhatikan “hak hidup” ini.

Setiap orang berhak atas hidupnya sendiri, bahkan meskipun penghidupan atau mata pencahariannya tergantung kepada kita. Artinya, kita tidak berhak mengatur hidup orang lain seperti memaksa orang lain mengambil opsi menentukan dalam hidupnya atas paksaan kita. Misalnya jodoh atau bahkan pekerjaan. Misalnya ia tidak ingin lagi menjadi bawahan atau bekerja pada kita, maka itu adalah haknya.

Dalam bukunya On Liberty (1859), John Stuart Mill telah menegaskan adanya tiga kebebasan dasar manusia sebagai berikut:

  1. Kebebasan berpikir dan beremosi
  2. Kebebasan dari rasa sakit
  3. Kebebasan bersosialisasi dengan siapa pun

Dari pemikiran tersebut, kita bisa mengetahui bahwasanya manusia memiliki banyak hak dasar atau HAM. Kita harus mampu menerapkannya justru dari diri kita sendiri. Misalnya saat kita mengemudi terutama sepeda motor, jangan mengambil hak para pejalan kaki. Atau saat kita berada di kantor, meski kita berbeda keyakinan tetap harus menghormati mereka yang beribadah sesuai agamanya bila memang sudah waktunya. Atau saat kita membeli barang di warung, janganlah berhutang. Karena itu menghalangi mata pencaharian orang lain yang merupakan HAM si pedagang.

Oleh karena itu, marilah tidak “bicara besar” dulu soal HAM ini. mari “bicara kecil” namun “bertindak besar”. Mulai dari diri sendiri!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s