Tahun Baru Islam yang dikenal pula sebagai Tahun Baru Hijriah karena menggunakan kalender Hijriah seringkali justru tidak dipahami dengan baik oleh umat Islam sendiri. Sesungguhnya penetapan digunakannya peristiwa hijrahnya Nabi dan para pengikut Islam awal sebagai basis awal tahun dalam kalender Islam bukan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri, melainkan justru oleh Khalifah Umar bin Khattab (Khalifah kedua). Berarti bukan sejak masa awal kenabian. Namun, karena beliau merupakan saksi dari perjalanan hijrah Rasulullah dari Mekah ke Yatstrib (nama kota sebelum diubah menjadi Madinah), maka bisa dipastikan bahwa perhitungannya tepat.
Menurut catatan, bila dirunut maka perjalanan Hijrah Nabi berlangsung pada malam tanggal 27 Shafar dan sampai di Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal. Penetapan 1 Muharram didasarkan pada perhitungan khusus dimana menghilangkan penambahan bulan-bulan tertentu (interkalasi) selama 9 tahun ke belakang yang sering digunakan dalam masyarakat Arab pra Islam. Khalifah Umar bin Khattab menentukan penggunaan tahun hijrahnya Nabi sebagai tahun 1 Hijriah pada tahun 638 M atau 17 H. Berarti perhitungan kalender kemudian ditetapkan secara mundur.
Tanggal 1 Muharram tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M. Sedangkan peristiwa hijrah Nabi sendiri seperti diterangkan di atas berlangsung sekitar bulan September 622 M.
Bila membandingkan dengan kalender masehi atau resminya disebut kalender Gregorian, kalender Islam lebih akurat. Karena mendasarkan perhitungannya pada bulan (lunar system) dan bukan matahari (solar system). Sistem qomariah relatif lebih akurat karena perubahan bentuk bulan sejak hilal relatif sama. Sementara kita tahu tahun masehi yang bersistem syamsiyah memiliki tahun kabisat. Ini karena perhitungan waktu edar bumi mengelilingi matahari mengalami pergeseran tiap tahunnya. Untuk mengetahui sisi ilmiahnya bisa dibaca artikel menarik di Kompas.com berjudul “Kalender Bulan vs Matahari“.
Semua itu menunjukkan, betapa Tuhan telah memberikan tanda keberadaannya secara jelas. Baik Matahari maupun Bulan serta bintang di langit sejak zaman kuno telah menjadi penanda bagi manusia yang hidup di Bumi.
Bagaimanapun, bagi saya yang Muslim moderat dan hidup di Indonesia yang demokratis, logis bila menggunakan dua kalender tersebut sekaligus. Karena memang dunia barat sejak Renaissance mendominasi, maka penanggalan Gregorian sebagai penyempurnaan kalender Julian yang digunakan secara internasional. Sementara penanggalan Hijriah tentu tetap digunakan terutama untuk menandai momentum keagamaan. Tak perlu ada pertentangan karena justru bisa sinergis.