Oleh-oleh dari Seminar “Becoming A World Class Business Leader”

Bong Chandra sebagai pembicara seminar “Becoming A World Class Business Leader” (foto Bhayu M.H.)

Sesuai janji saya kemarin, hari ini saya mencoba sekedar berbagi oleh-oleh dari seminar “Becoming A World Class Business Leader”. Seminar ini diadakan oleh “Excellent Business Magz” pada hari Sabtu, 21 April 2012 dari jam 07.30-17.00 WIB. Hadir sebagai pembicara adalah Mien R. Uno (Presiden Direktur Duta Bangsa), Dr. BRA Mooryati Soedibyo (owner PT Mustika Ratu,Tbk), Dr. Charles Saerang (CEO PT Nyonya Meneer), Adhi Tirtawisata (PresKom Panorama Leisure Group), dan Ellies Sutrisna (Master Licensee & Certified Cach Brian Tracy’s Focal Point Coaching). Sementara Dr. (HC) Ir. Ciputra (Komisaris Utama PT Ciputra Property, Tbk) yang direncanakan hadir ternyata berhalangan. Namun ia digantikan oleh Bong Chandra,  motivator termuda di Asia yang juga merupakan pemilik sejumlah proyek properti.

Pada dasarnya, semua pembicara menuturkan sharing pengalaman mereka di dunia bisnis. Ditekankan bahwa jatuh saat berbisnis itu biasa. Yang luar biasa justru bangkit lagi setelah jatuh. Mien Uno menekankan pentingnya sikap mental yang tepat bila ingin menjadi pemimpin bisnis. Seorang pemimpin harus mampu dicontoh oleh yang dipimpinnya, karena itu perlu pemahaman bagaimana menjadi seorang pemimpin.

Charles Saerang yang menjadi pembicara selanjutnya menekankan, seorang pemimpin itu adalah orang yang mengajak melakukan sesuatu hal bersama-sama, sementara boss cuma memerintah. Ia mengistilahkan dengan, “Boss say Go! Leader say Let’s Go!” Ia juga mengingatkan perlunya belajar terus seumur hidup agar seorang pemimpin tidak ketinggalan dari kemajuan zaman. Seusai Charles Saerang, tampil Mooryati Soedibyo. Sayangnya, saat beliau bicara suaranya terlalu pelan untuk didengarkan peserta. Dari slide yang dipresentasikan, peserta masih dapat menyimak bahwasanya beliau menceritakan bagaimana perjalanan perusahaan yang dipimpinnya hingga bisa menjadi besar. PT Mustika Ratu,Tbk menaruh perhatian besar pada inovasi dan pengembangan produk agar bisa diterima pasar. Tak heran, bila kemudian produk kecantikannya mampu bersaing dengan produk serupa dari luar negeri.

Khusus untuk Ellies Sutrisna, karena beliau merupakan “tuan rumah”, maka penyampaian presentasinya didukung oleh panitia yang berdiri di sekeliling peserta. Model penyampaian presentasinya adalah “afirmasi” dengan gaya Evangelis. Sehingga sepanjang presentasinya ia puluhan kali memerlukan jawaban “ya” atau “saya” dari peserta. Karena terlalu sering, sebagian besar peserta malah jadi malas menjawab, termasuk saya. Hehe. Maka, yang menjawab adalah para panitia yang nota bene adalah anak buahnya sendiri. Namun, isi dari presentasinya sebenarnya menarik. Ia menerangkan tentang perlunya “branding” bagi usaha kita ataupun kita sendiri selaku usahawan. Walau sayangnya lagi ujung-ujungnya justru promosi berbagai buku yang ditulisnya atau diterbitkan oleh “Excellent Business Magz”. Sekaligus menawarkan pemasangan iklan di majalah miliknya tersebut.

Pemaparan perjalanan Panorama Tours dari Adhi Tirtawisata juga terkendala suara yang kurang jelas. Meski begitu, isinya cukup menarik karena kita bisa belajar bagaimana sebuah biro perjalanan wisata bisa tumbuh begitu besar. Kini, Panorama Tours bahkan mampu mempromosikan pariwisata Indonesia di luar negeri. Tak kurang dari 100.000 wisatawan mancanegara dibawa masuk ke Indonesia. Bahkan saat membawa rombongan wisatawan ke luar negeri, diusahakan tetap mempromosikan negara kita dengan berseragam batik. Adhi juga menekankan tiga prinsip Panorama Tours sebagai visi bagi setiap pegawainya, yaitu rajin, jujur dan setia.

Dan terakhir, Bong Chandra mengetengahkan kisah sukses Zappos.com. Beberapa sebab kesuksesan situs penjual sepatu itu adalah “delivery of happiness” dari seluruh pegawai kepada pelanggannya. Mereka bukan hanya berusaha membuat pelanggan (customer) puas, tapi juga bahagia. Bong juga menyarankan agar kita memanfaatkan tiga hal agar bisnis kita bisa sukses, yaitu momentum, copycat dan culture. Momentum artinya kita harus mampu melihat peluang, bahkan di tengah kesempitan sekalipun. Copycat artinya kita harus bisa meniru dan menduplikasi kiat sukses perusahaan lain. Culture artinya kita harus mampu menyerap budaya setempat dan sekaligus menularkan budaya sukses ke seluruh lini perusahaan.

Akhirnya, kesuksesan terpulang pada diri kita masing-masing. Mengikuti seminar tidak akan membawa kita ke mana-mana, apabila ide dan semangat yang didapat tidak diimplementasikan. So, let’s go and let’s take action!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s