Ke-Esa-an Tuhan (1)

Secara pribadi saya berpendapat, bahkan tanpa 7 kata dari Piagam Jakarta yang dihapus dari sila pertama Pancasila versi UUD 1945, sesungguhnya sila tersebut sudah sangat Islami. Apa pasal? Cobalah ingat-ingat apa bunyinya. Ya, betul. “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Andaikata kata “Esa” diterapkan semurni-murninya, maka dari kelima agama yang diakui resmi di Indonesia, bahkan ditambah Konghucu atau aliran kepercayaan, yang benar-benar murni “ke-Esa-an Tuhan”-nya hanya Islam.

Anda pasti mengernyitkan dahi, atau malah berteriak “Tidak Setuju” seperti dalam rapat anggota dewan. Silahkan saja. Namun akan lebih baik bila Anda baca lebih lanjut.

Ada disparitas sangat besar antara pemahaman agama oleh para ahli dengan apa yang dihayati oleh umatnya. Saya membaca banyak sekali buku karya ahli agama yang bukan saja bergelar Profesor atau Doktor, tapi juga banyak yang sekaligus pemuka agamanya. Namun saat saya mencoba berkomunikasi dengan umat beragama tersebut di Indonesia, kebanyakan malah tidak mengerti apa yang saya bicarakan!

Kebanyakan umat menghayati agamanya sebagai sebuah ritual saja. Kalaupun ada pemaknaan, sebatas bagian dari rasa penghambaan atau sebaliknya rasa syukur atas kehadiran tuhan dan kisah mengenai “karya” tuhan di alam ini. Bahkan untuk pertanyaan dasar seperti “seperti apa tuhanmu” saja banyak umat beragama yang saya temui tak mampu menjawabnya.

Di Bali, saya mendapatkan “pencerahan” tentang bagaimana umat Hindu menempatkan dirinya dalam kerangka “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Secara tidak sengaja, di kamar losmen, pada hari Senin (13/2) saya menyaksikan acara televisi bertajuk “Dharma Wacana” di Bali TV. Acara itu dibawakan oleh seorang nara sumber bernama Drs. I Made Santosa.

Ia sendiri mengakui sulitnya menerangkan bagaimana agama Hindu yang memiliki banyak dewa bisa disebut sebagai memiliki Tuhan Yang Maha Esa. Beliau menerangkannya dengan analogi matahari.

“Tuhan itu matahari. Sementara kita (orang Hindu) juga menyembah sinarnya yaitu para Dewa. Setelah itu juga masih ada Batara, yang merupakan kekuatannya.”

Oooh. Jadi begitu cara umat Hindu di Indonesia memaknai konsep “ke-Esa-an Tuhan”? Bagi yang pernah belajar agama secara dalam, akan tahu bahwa cara menerangkan Tuhan semacam itu dikenal dengan “teori emanasi”. Teori ini  terkenal di kalangan mistik, terutama di kalangan mistikus Nasrani dan Sufi Islam. Meski berbeda-beda cara menerangkannya, konsep emanasi dengan mudah menerangkan bahwa tuhan itu punya “tingkatan” atau “ranking”. Sehingga, bisa dimengerti bila kemudian ada pemahaman bahwa tuhan itu esa, tapi kemudian “meluber” atau bermanifestasi menjadi banyak tingkatan lagi.

Perlu diketahui, dalam kajian agama internasional, agama Hindu dimasukkan dalam kategori “polytheisme” atau “agama bertuhan banyak”. Namun, dalam konteks ke-Indonesia-an, agar sesuai dengan Pancasila terutama sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”, maka penafsiran tentang konsep “superior being” (yang sebenarnya tidak selalu berbentuk tuhan) bermetamorfosis.

Saya jadi makin mafhum kenapa dalam dialog seringkali tidak ada titik temu. Apalagi kalau yang berdialog ahli agama dengan orang awam. Karena memang pemahaman, penafsiran dan terutama penghayatan sehari-hari bisa dibuat berbeda dengan kajian agama secara akademis dan ilmiah yang diterima secara internasional. Toh, saya tetap menghargai segala perbedaan itu dalam kerangka inklusivitas (baca kembali tulisan hari Jum’at pekan lalu).

Apa yang saya dapat dari sekilas menyaksikan televisi menambah khazanah pengetahuan saya tentang agama lain. Dan tentunya membuat saya makin mudah bertoleransi.

(Bersambung pekan depan…)

4 responses to “Ke-Esa-an Tuhan (1)

  1. mungkin sedikit…dalam hindu ada namanya imanensi tuhan dan transedensi tuhan (brahman)….Tuhan bisa dianggap berada jauh dari manusia dan tidak terpikirkan ..serta juga meresapi akan kepada segala mahluknya dalam bentuk atman…

    seperti juga hindu memiliki 5 kepercayaan yang ditaati..percaya terhadap Brahman (tuhan), percaya terhadap atman, percaya terhadap reinkarnasi, percaya terhadap karmapala, percaya terhadap moksa….

    thanks…salam kenal…

    • great. terima kasih tambahannya. memang aspek-aspek dalam suatu agama akan terlalu panjang bila diulas di satu postingan blog saja. saya senang sekali atas informasi yang bermanfaat ini. sering2 mampir ya… 🙂

  2. Ping-balik: Jumlah Tuhan & Kesadaran « LifeSchool by Bhayu M.H.·

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s