Tragedi kecelakaan di kawasan Tugu Tani Jakarta Pusat yang merenggut nyawa 9 orang pejalan kaki dan mencederai 3 orang lainnya telah menghentak kita. Pelakunya dikabarkan dalam kondisi mabuk sepulang pesta di malam minggu. Kejadiannya sendiri Minggu (22/1) pagi, dimana banyak warga Jakarta yang datang ke kawasan sekitar Monas untuk berolahraga. Karena pelaku kesulitan mengendalikan kendaraan, akhirnya mobil berhenti setelah menabrak halte di depan Kementerian Perdagangan.
Sontak aneka reaksi muncul. Namun reaksi paling umum adalah mengutuk pelaku. Wanita berusia 29 tahun tersebut sayangnya memang tampil sempurna sebagai ‘villain’. Ini karena yang bersangkutan tampak tidak merasa bersalah saat diwawancara sejumlah stasiun televisi usai kejadian.
Bagi saya, kita harus bertindak adil pada pelaku. Pelaku sendiri diberitakan adalah anak yatim dan mulai terlihat ‘lepas kontrol’ setelah ayahandanya meninggal. Padahal, di lingkungan keluarga dan rumahnya ia dikenal sebagai anak yang baik.
Jangan salah, saya tidak hendak membela pelaku. Saya hanya menginginkan agar kepadanya diberikan hukum yang adil. Bukankah prinsip “justice for all” itu termasuk kepada pelaku?
Kejadian pada hari Minggu lalu adalah kecelakaan lalu-lintas. Tidak ada yang menghendakinya terjadi, termasuk pelaku sendiri. Maka, bila ada suara (saya membaca di media cetak ada anggota DPR yang berkomentar) agar pelaku dijerat pasal pembunuhan apalagi pembunuhan berencana, saya kira itu tidak adil. Bayangkan beratnya beban yang harus ditanggung bukan saja oleh pelaku, tapi juga oleh keluarganya terutama ibunya. Hukum yang pantas diterapkan kepadanya adalah kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa. Kalau mau dijerat lagi justru dengan penggunaan psikotropika dan ketidakmampuan menunjukkan surat-surat yang sah untuk dapat mengemudi di jalan umum (SIM dan STNK).
Saya kira juga tidak pada tempatnya membuat guyonan ‘kreatif’ seperti gambar yang terpampang sebagai ilustrasi. Meski berniat untuk bahan ‘guyonan’, namun itu tidak pantas. Keluarga korban jelas menderita, namun keluarga pelaku pun begitu. Tak perlu-lah menambah beban mereka dengan cara picik seperti ini. (catatan: Foto kreasi atau gambar aslinya beredar via BBM group. Saya menambahkan tanda silang merah -seperti rambu larangan lalu-lintas- sebagai tanda ketidaksetujuan saya pada joke kasar seperti ini).
Ping-balik: Menyembunyikan Nama atau Identitas « LifeSchool by Bhayu M.H.·
Ping-balik: Kecelakaan & Maut « LifeSchool by Bhayu M.H.·