Istilah “tanggal muda” biasanya dinikmati oleh mereka yang masih berstatus pegawai atau berada di kuadran “E”-nya Kiyosaki. Anda yang orang Indonesia pasti tahu ini adalah istilah dimana kita baru saja menerima gaji. Disebut muda karena pada tanggal ini kita bergairah seperti anak muda. Tentu saja bergairah untuk membelanjakan uang kita.
Bagi yang sudah pindah kuadran, tidak ada lagi istilah ini. Karena justru jadwal penerimaan uang menjadi tidak tentu. Pengecualian tentu saja justru di kuadran “I” yang bisa mengatur sendiri. Walau tentu saja peran pihak ketiga seringkali juga tak bisa diabaikan dan sukar diprediksi.
Kebiasaan orang di tanggal muda ini justru seringkali kurang terkontrol. Pengeluaran seakan diforsir di tanggal ini saja. Biasanya berkisar antara 10 hingga 15 hari setelah menerima gaji. Padahal, masih ada sisa hari sebelum menerima gaji berikutnya. Di saat kondisi kritis keuangan pribadi seperti itulah biasanya disebut “tanggal tua”.
Nah, sudah lazim pula di “tanggal muda” pusat perbelanjaan ramai. Terutama sekali di perkotaan. Kalau di pedesaan, biasanya anak-anak mudanya ramai pacaran atau malah “trek-trekan”.
Ironisnya, tidak ada penyadaran dari pemerintah untuk membantu masyarakat memaknai “tanggal muda” dengan lebih bijak. Misalnya dengan memberikan pelatihan tata kelola keuangan pribadi. Dengan begitu, masyarakat akan makin sadar pada nilai penting uang dan “melek finansial”. Pada akhirnya, efek ikutan kepada negara adalah akan tertekannya ekonomi biaya tinggi.
Tentu saja, produsen atau pemilik modal seringkali tidak menginginkan hal ini. Karena gerakan penghematan di masyarakat berarti akan memukul mereka secara langsung. Masyarakat menjadi tidak menghamburkan uang terutama di “tanggal muda”, melainkan lebih memilih menabung dan berinvestasi. Anda mau pilih yang mana?