Indonesia akhirnya berhasil meraih kembali tahta sebagai Juara Umum SEA (South East Asian) Games yang terlepas sejak 1997. Meski penyelenggaraan dan peraihan prestasi keseluruhan sukses, namun terus-terang banyak yang kecewa karena kita kembali gagal meraih prestasi puncak di cabang olahraga paling populer: sepakbola. Walau begitu, saya sendiri melihat permainan timnas U-23 kita sudah cukup baik. Meski jujur saja, saya menilai belum optimal karena seringkali membuat kesalahan sendiri.
Tapi tak mengapa. Yang lebih penting adalah bagaimana pembinaan ke depannya. Saya melihat, perseteruan lama antara pengurus PSSI di bawah Nurdin Halid versus pengurus baru belum selesai. Apalagi meski Ketua Umumnya adalah Djohar Arifin namun di baliknya adalah Arifin Panigoro. Masih ada dualisme liga yaitu Liga Super Indonesia (LSI) warisan pengurus lama dan Liga Primer Indonesia (LPI) yang akan dibesut pengurus baru. Celakanya, para pemain Timnas kebanyakan justru pemain di klub yang ikut LSI. Jadi, keadaannya terbalik. Bila di masa Nurdin LPI dianggap tidak sah, kini LSI yang dianggap ilegal.
Demikian pula di cabang-cabang lainnya, perhatian kepada para atlet seharusnya berkesinambungan. Jangan cuma bila ada event besar saja. Misalnya cabang renang indah yang dikabarkan kesulitan mencari tempat latihan karena harus berbagi tempat dengan cabang lain.
Bonus uang hanya tambahan. Seharusnya perhatian pada masa depan atlet pasca ia pensiun lebih dikedepankan. Jangan cuma yang berprestasi saja, tapi semuanya. Karena terkadang menang kalah itu sulit ditentukan. Jadi, pemerintah harus lebih menjamin masa depan para pahlawan bangsa tersebut.