Hari-hari ini, pemberitaan media massa arus utama gencar mengulas mengenai reshuffle kabinet. Presiden SBY terus memanggil calon Menteri dan Wakil Menteri baik ke Istana Negara maupun ke Puri Cikeas. Meski belum ada pengumuman resmi, namun nama-nama yang akan diganti maupun yang akan menggantikan sudah santer diberitakan.
Saya pernah membaca judul tulisan di atas digunakan salah satu stasiun televisi (maaf saya lupa yang mana), sehingga saya terinspirasi menggunakannya. Kalau boleh orang awam seperti saya menafsirkan berita yang dibaca, saya pikir tindakan SBY lebih merupakan sarana pencitraan sekaligus upaya menyenangkan mitra koalisinya. Beberapa menteri yang diganti tidak jelas kesalahannya. Demikian pula yang diangkat juga tidak jelas kompetensinya. Harapan publik pada penggantian menteri berdasarkan kompetensi sehingga membentuk kabinet kerja (yang populer istilah bahasa Belanda: zaken kabinet) menjadi tak terpenuhi.
Satu orang menteri mengundurkan diri karena alasan pribadi. Ia adalah Suharso Monoarfa selaku Menteri Perumahan Rakyat. Yang mengejutkan penggantinya adalah Ketua PWNU DKI Jakarta yaitu Djan Faridz. Bisa jadi, ini hanya karena masalah perimbangan asal parpol.
Memang, sejak awal diumumkan, kabinet SBY banyak diisi nama-nama yang belum dikenal publik. Tak heran, karena mereka adalah usulan dari parpol. Maka, tentu yang diusulkan adalah mereka yang dianggap kader terbaik parpolnya. Dan belum tentu sebenarnya kader terbaik parpol ini kompetensinya pas dengan jabatan menteri yang diusulkan.
Walau jabatan menteri adalah jabatan politis dan sepenuhnya hak prerogatif Presiden, namun masyarakat berharap diisi oleh mereka yang ahli di bidangnya. Politisi boleh saja, asal kompeten. Karena selama ini, banyak menteri yang kinerjanya dipertanyakan. Sehingga, wajar bila ada harapan saat tersiar kabar reshuffle kabinet. Apabila ternyata penambahan Wakil Menteri yang merupakan “penggemukan kabinet” dan penggantian sejumlah menteri cuma untuk “bagi-bagi kekuasaan”, tentu sangat disayangkan. Kalau begitu, sejatinya reshuffle kabinet untuk siapa dan untuk apa?