Perfeksionis vs Pedantis

Anda pernah tahu kata perfeksionis? Ini adalah orang yang menuntut kesempurnaan hampir di semua hal. Namun terutama dan pertama-tama dari diri sendiri dulu. Sementara pedantis kebalikannya. Ia menuntut kesempurnaan dari orang lain, tapi dirinya sendiri penuh kekurangan.

Saya sering sekali bertemu orang pedantis, tapi tidak merasa dirinya pedantis, malah merasa perfeksionis. Misalnya saja saat ada sebuah pertemuan yang bernuansa pesta lepas-sambut, anak buah dari orang yang pensiun berkata bahwa atasannya itu perfeksionis. Apa buktinya? Ia mencontohkan bahwa sang atasan selalu memerintahkan agar anak buahnya mengulang setiap surat yang sudah dibuat dan di-print apabila ada kesalahan, walau cuma satu titik atau satu huruf. Sementara yang bersangkutan sendiri saya tahu tidaklah seteliti itu terhadap dirinya sendiri. Itu adalah ciri pedantis.

Sementara perfeksionis akan mampu membuktikan dirinya lebih mampu dari orang lain sebelum menuntut orang lain. Misalnya saat ia meminta orang lain menulis buku, ia sendiri sudah pernah menulis buku. Saat ia meminta orang lain melakukan suatu hal, ia tahu standarnya. Kelemahan seorang perfeksionis adalah kerapkali standarnya terlalu tinggi bagi orang lain, walau bukan mustahil. Orang lain kerapkali gagal memenuhi harapannya sehingga ia kerap harus menangani semuanya sendiri.

Di sini saya mungkin sombong saat mengatakan saya seorang perfeksionis. Sebagai contoh, untuk blog ini saja hampir tidak ada kesalahan dalam penulisan, misalnya kekurangan atau kelebihan huruf. Kalau pun ada -karena tiada gading yang tak retak-, skalanya minim. Paling-paling  kesalahannya 1 huruf dalam 10.000 karakter atau malah lebih besar lagi. Saya selalu membaca ulang dulu sebelum di-posting. Kalau sudah di-posting ada kesalahan, saya edit kembali.

Itu baru di blog. Saya tambahkan satu contoh lagi. Sewaktu saya aktif di Majalah Berita Suara Mahasiswa Universitas Indonesia (MBM SuMA UI), saya mendapat proyek besar dari Rektor untuk memimpin proyek pembuatan buku peringatan “Dasawarsa Kepindahan Kampus UI ke Depok”. Karena proyek harus selesai tepat waktu agar buku bisa dibagikan saat wisuda tahun 1997, saya bekerja nyaris sendirian. Saya melakukan riset, wawancara, menulis, memotret, mengedit, me-layout, hingga mengurus ke percetakan sampai membagikan sendiri buku itu kepada para guru besar saat wisuda. Padahal dalam tim ada sekitar 20-an nama yang tercantum. Tapi pendelegasian tugas tak jalan dengan alasan beragam, padahal itu karena masing-masing pribadi yang memang kurang berkomitmen pada tugasnya. Bantuan paling besar justru dari Pemimpin Redaksi MBM SuMa UI saat itu, Sutono Rendra Lysthano. Padahal, secara hierarkhis ia yang atasan saya saat itu tidak harus membantu.

Begitulah bedanya antara perfeksionis dan pedantis. Sebagai perfeksionis, saya kadang juga harus memaksa diri menurunkan standar. Karena kalau tidak, banyak hal yang menjadi rencana saya tidak jalan. Di usia saya yang bertambah, saya harus makin arif untuk bukan hanya tidak memaksa orang lain memenuhi standar saya, tapi juga untuk tidak memaksa diri terlalu keras. Sedikit tidak sempurna adalah sebuah kenikmatan hidup juga sebenarnya.

Life is beautiful, right? Nothing perfect but God. I must remember it thousand times.

5 responses to “Perfeksionis vs Pedantis

  1. Artikel yg menarik sekali, karena saya seorang perfeksionis dan anak saya (hampir 3 tahun umurnya sekarang), pedantis. Sayangnya artikel dan buku-buku untuk pedantis, jarang dalam bahasa Indonesia. Apakah anda tahu buku-buku (artikel dls) tentang pedantis? English or Jerman juga OK. Thanks.

    • thank’s comment-nya. Saya akan coba carikan referensi. Tapi biasanya soal ini dibahas di kepribadian (personality) dalam kajian psikologi perkembangan atau klinis.

  2. Ping-balik: That’s What’s a Friend for « LifeSchool by Bhayu M.H.·

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s