Harry Potter:The Deathly Hallows Part I- Resensi Film

Menyaksikan film ini merupakan pengalaman menakjubkan. Belum pernah film anak-anak digarap seserius serial Harry Potter ini. Dan itu kembali terbukti untuk ketujuh kalinya dalam sekuel teranyar film ini. Bagi penggemar novelnya seperti saya, tentu tahu bahwa film ini merupakan pembagian dari novel ketujuhnya. Jadi, sudah ada tujuh novel namun akan ada delapan film karena novel ketujuh yang panjang dan tebal dipecah jadi dua film. Dan film ini adalah seri pertama dari novel ketujuh.

Sejak awal, fim ini sudah menegangkan. Saking tegangnya, malah mirip film horror atau thriller daripada film segala umur yang tentu bertujuan agar anak-anak bisa menonton. Meski menegangkan, jangan kuatir pengaruh negatif pada anak-anak, karena menyaksikan film ini seperti membaca novelnya justru bisa merangsang imajinasi kreatif mereka.

Film dibuka dengan kondisi darurat yang terjadi di London. Kekuatan Lord Voldemort makin menguasai dunia. Bahkan tidak hanya dunia sihir, melainkan juga dunia orang biasa atau disebut “muggle”.  Harry yang sebenarnya sedang liburan dari sekolahnya “Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry” dijemput oleh pasukan anggota “Orde Phoenix” (“Order of the Phoenix”). Demikian pula dengan Hermione Granger yang bahkan terpaksa meninggalkan kedua orangtuanya yang muggle dengan lebih dulu menghapus ingatan mereka menggunakan mantra “Obliviate”. Sebelum pergi, mereka menggunakan ramuan polyjuice untuk mengubah 5 orang di antara mereka menjadi Harry Potter, sehingga ada 6 Potter kembar. Tujuannya agar musuh terkelabui.

Dalam perjalanan menuju rumah aman yaitu rumah keluarga Weasley, rombongan diserang oleh para “Pelahap Maut” (“Death Eaters”). Adegan pertempurannya keren, bahkan seperti film action ala Matrix, karena seijspan yang dikendarai Rubeus Hagrid dan membawa Harry asli turun ke jalan raya manusia mengakibatkan sejumlah kendaraan terguling. Alastor “Mad Eye” Moody gugur karena Mundungus Fletcher berkhianat, sementara Bill Weasley -kakak Ron Weasley- terluka parah hingga pingsan. Namun dasar tukang bercanda, saat siuman ia malah bermain “plesetan” dengan mengatakan “I am holey”, yang terdengar seperti “I am holy”, karena telinganya berlubang.

Setelah Harry Potter berhasil diselamatkan, Menteri Sihir mendatangi rumah itu dan memberikan wasiat Albus Dumbledore kepada ketiga anak itu. Kepada Hermione diberikan buku cerita anak-anaka Tales of The Beedle Beard, kepada Ron diwariskan Deluminator, kepada Harry diwasiatkan dua hal: Snitch yang ditangkapnya dalam pertandingan Quidditch pertamanya dan pedang milik Godric Gryffindor. Namun pedangnya tidak diberikan karena menurut Menteri Sihir itu bukan milik pribadi Dumbledore, selain itu pedangnya memang hilang.

Di tengah suasana duka itulah kakak tertua Ron menikah. Dia adalah Percy Weasley yang menikahi Fleur Delacour. Namun di tengah suasana pesta datang kabar gaib bahwa kementerian diserang. Tak lama setelahnya pasukan Pelahap Maut datang dan menghancurkan pesta. Ron dan Harry diselamatkan Hermione dengan masuk ke dunia manusia. Mereka terdampar di jalanan London dan terpaksa menyamar. Sejak itu, mereka terasing dari komunitas sihir dan hidup berpindah-pindah dalam kemah.

Suasana tegang mirip film The Road atau The Book of Eli karena mereka bertiga harus bertahan dari kejaran pasukan Voldemort. Selain memiliki Pelahap Maut, juga ada genk preman bernama “Snatchers”. Mereka tidak hanya menteror para penyihir, tapi juga membantai manusia muggle. Untungnya, mantra perlindungan yang dirapal Hermione -saya mendengar beberapa seperti Repellum Mugllelum, Protego Totallum, Axio Hexia- berfungsi sangat baik.

Mereka bertiga sempat menyamar menjadi tiga pegawai kementerian dan menyusup masuk ke dalam gedung. Tujuannya untuk mencuri horcrux ketiga yang disembunyikan dalam liontin. Liontin ini tadinya dimiliki oleh Sirius Black -ayah baptis Harry- namun dicuri oleh Mundungus Fletcher. Setelah berhasil direbut oleh petugas kementerian, liontin itu disimpan oleh Dolores Umbridge. Penyamaran mereka sempat terbongkar dan terjadi kejar-kejaran dengan petugas keamanan Kementerian Sihir. Suasana dan petugasnya sangat mirip dengan Nazi Jerman. Apalagi ada percetakan propaganda yang menyatakan Harry sebagai musuh nomor satu.

Setelah horcrux berhasil dicuri, ternyata tidak berhasil dihancurkan dengan mantra sihir. Sehingga terpaksa disimpan. Namun bak cincin dalam kisah Lord of The Ring, membawa liontin itu menjadi beban dan membuat pemakainya cepat marah. Dalam suasana inilah Ron sempat pergi, walau kemudian kembali di saat tepat dan justru berhasil menghancurkan Horcrux dengan pedang Gryffindor yang disembunyikan di bawah lapisan es di tengah hutan.

Ketiga sahabat itu mencari jalan untuk mencari empat horcrux lain -total ada 7, sudah dihancurkan 3- dengan mencari petunjuk. Ternyata petunjuk ada di dalam buku cerita yang diberikan Dumbledore kepada Hermione. Ada tanda lambang khusus yang ditorehkan seseorang di buku itu. Mereka kemudian mencari Xenophilius Lovegood yang dilihat Harry di pesta pernikahan Percy-Fleur mengenakan kalung dengan liontin berlambang sama dengan yang tercantum di buku tersebut. Dari mulut Xenophilius inilah mengalir makna dari lambang itu yang ternyata terkait dengan kisah legenda yang ternyata benar adanya. Namun karena Luna putrinya diculik, maka kemudian Xenophilius melaporkan keberadaan ketiga orang itu kepada komplotan Voldemort. Mereka diserang, namun berhasil lolos.

Harry memutuskan mengunjungi tempat kelahirannya -Diagon Alley- dimana di sana juga tempat orangtuanya dimakamkan. Ternyata, mereka kemudian bertemu Bathilda Bagshot. Meski mendapat keterangan penting, ternyata tubuh Bathilda sudah disusupi Nagini. Mereka diserang kembali dan kembali lolos.

Cerita terus bergulir menegangkan hingga di akhir film dibuat menggantung. Menarik dan membuat penggemar film ini tak sabar menunggu sekuel terakhirnya. Termasuk saya!

Kunjungi RESENSI-FILM.com untuk membaca resensi lainnya

(klik nama situs di atas atau klik gambar di bawah ini)

resensi-film header for lifeschool

2 responses to “Harry Potter:The Deathly Hallows Part I- Resensi Film

  1. Ping-balik: Resensi-Review oleh Bhayu MH » Blog Archive » Harry Potter: The Deathly Hallows·

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s