Ternyata, ke-ge er-an saya kemarin tidak beralasan. Syukurlah. Karena kalau benar Pak Hatta Rajasa membaca tulisan di blog ini untuk melansir pernyataan tentang adanya pihak yang akan menggulingkan SBY, bisa-bisa saya diinterogasi. Hehehe.
Hari ini, Antara melansir pernyataan BPS alias “Barisan Pendukung Susilo” (hehe, ini tentu plesetan dari Barisan Pendukung Soekarnoisme) hari ini. Jelas sudah. Ramadhan Pohan, anggota Komisi I DPR-RI dari Fraksi Partai Demokrat itu sudah menyebut nama: Rizal Ramli. Ia malah menyarankan agar Rizal Ramli membentuk partai dan bertarung dalam Pemilu 2014. Termasuk pula kepada LSM-LSM disarankannya hal yang sama, daripada “nongkrong di hotel mewah, ngopi-ngopi, ngerokok, lalu muncul ide mau gulingkan presiden,” komentarnya.
Soal ngopi-ngopi ini, saya agak heran, kenapa hal itu dipermasalahkan. Apalagi bila itu sekedar wacana. Apakah masih kurang dukungan 60,80 % suara dalam Pemilu Presiden 2009 lalu? Jelas sebanyak 73.874.562 suara -sesuai pengumuman resmi KPU- mendukung pasangan SBY-Boediono. Bila memang kemudian ada gerakan menggulingkan SBY, mobilisasi saja para pemilih tersebut untuk melakukan perlawanan kan? Tentu saja, perlawanan yang konstitusional agar tidak terjadi “perang saudara”.
Padahal, hari ini Presiden SBY sedang berkunjung ke Wasior, Teluk Wondama-Papua Barat. Beliau sedang menunjukkan kepeduliannya sebagai Kepala Negara. Berlanjutnya wacana soal penggulingan beliau tentu kontra-produktif.
Coba saja tengok bagaimana bangsa Cile bahu-membahu menyelamatkan para pekerja tambang yang terjebak hampir 700 meter di bawah tanah. Selama 69 hari mereka terjebak, dan dilakukan operasi penyelamatan dibantu berbagai negara. NASA Amerika Serikat menyumbang makanan padat seperti digunakan astronot, Angkatan Laut Cile membuat kapsul penyelamat, Jepang menyumbang peralatan komunikasi, dan Australia menyumbangkan tenaga ahlinya. Padahal, jumlah yang terjebak ‘hanya’ 33 orang. Ini tentu lebih sedikit dari korban di Wasior. Upaya penyelamatan itu menunjukkan, betapa sebagai bangsa Cile tidak ‘ribut’ mengurusi ‘gosip politik’. Presiden Cile Sebastian Pinera membatalkan kunjungan kenegaraan ke Eropa demi menunggui operasi penyelamatan ini. Bahkan saat Presiden Bolivia Evo Morales yang menunjukkan perhatian karena ada 1 orang warganya yang ikut terjebak juga tidak dipermasalahkan. Padahal, kalau di sini mungkin malah ribut. Dituding hendak mempolitisasi bencana-lah, hendak menaikkan popularitas-lah, atau lain-lain lagi.
Memang, kita masih harus mendewasakan diri sebagai bangsa. Bahkan belajar dari bangsa seperti Cile.