Apabila Anda menyimak tulisan ulasan saya tentang Halal Bil-Halal (HBH) komunitas Tangan Di Atas (TDA) kemarin, dapat dibaca kekuatiran seorang Erie Sudewo terhadap masalah karakter SDM Indonesia. Karakter ini yang menurutnya kurang dimiliki oleh orang kita. Bahkan lebih jauh Erie mengatakan “Character Building” bangsa kita tidak terbangun.

Mendengar ini, sontak saya teringat pada Soekarno. Presiden pertama kita itu berkali-kali dalam berbagai pidatonya mengemukakan tentang pentingnya “Nation Character Building”. Meski kemarin Erie Sudewo tidak menyebut nama beliau, tapi jelas sekali founding fathers bangsa kita itu sudah mensinyalir kelemahan ini sejak awal.

Presiden Soekarno antara lain pernah mengutarakan mengenai hal ini pada pidato kenegaraan tanggal 17 Agustus 1957. Bung Karno memandang “nation
building” sebagai fase kedua dalam revolusi Indonesia sesudah fase pertama yang dinamakan fase “liberation” yaitu pembebasan Indonesia dari penjajahan Belanda. Beliau juga menyatakan bahwa fase” nation building” lebih sulit daripada fase “liberation”.

Hal ini bisa dimengerti, karena secara teoretis apabila kita hendak merebut sesuatu seperti kemerdekaan atau kebebasan, maka ada “musuh bersama” (common enemy) yang bisa diperangi. Sementara, pembangunan “nation character building” musuhnya adalah diri kita sendiri. Apalagi, sebagai bangsa, Indonesia sangat majemuk dan beraneka ragam. Sehingga memiliki bangunan karakter yang berbeda-beda. Misalnya saja ada orang Jawa yang dikenal berprinsip “alon-alon waton kelakon”, sementara orang Sumatra cenderung bergegas dalam segala sesuatu.  Tentu saja, ini hanya stereotype kesukuan. Tidak semua seperti itu. Saya adalah contoh orang Jawa yang tidak berprinsip seperti itu.

Akan tetapi, perbedaan karakter itu nyata. Dan itulah yang tidak selesai dikerjakan oleh Soekarno karena ia keburu dijungkalkan dari tampuk kekuasaan. Kini, tugas kitalah untuk melanjutkannya. Kita semua yang peduli pada kemajuan bangsa. Untuk membangun karakter bangsa yang disegani dunia internasional, sehingga bermanfaat bagi rakyat Indonesia ke dalam. Insya ALLAH.