Pembangunan Masjid di Ground Zero: Antara Dendam & Toleransi

Suasana Pembangunan Freedom Tower (Foto: rebuildgroundzero.org)

Hari ini diperingati warga Amerika Serikat terutama di New York sebagai hari kelabu. Mirip dengan peringatan “Kudatuli” di sini, tidak semua orang merasa terlibat. Namun jumlah korban yang besar, yaitu sekitar 3.000 orang tewas, tentu serta-merta melibatkan jumlah keluarga korban yang lebih besar. Belum lagi kelompok-kelompok yang secara emosional merasa terlibat, seperti kelompok agama dan masyarakat.

Oleh karena itu, banyak yang merasa berkepentingan dengan lokasi bekas berdirinya menara kembar WTC (World Trade Centre) dan sejumlah bangunan lain yang hancur akibat ‘pemboman’ 11 September 2001. Apalagi pihak-pihak yang berkepentingan itu merasa bahwa nyawa keluarga atau kerabat mereka telah membasahi “Ground Zero”, sebutan untuk lokasi itu.

Sementara, pemerintah Amerika Serikat baik di tingkat pusat atau federal yang dipimpin Presiden A.S. Barack Obama, hingga tingkat kota yang dipimpin Walikota New York Bloomberg berkepentingan menunjukkan “the right American way” pada dunia. Apa itu “the right American way”? Itulah nilai-nilai yang selama ini mereka dengungkan, ajarkan bahkan paksakan pada dunia: demokrasi, kesamaan hak, anti diskriminasi dan toleransi.

Maka, ketika di lokasi tersebut direncanakan akan dibangun masjid dan pusat komunitas Islam atau Islamic Centre, suara pro-kontra pun mengemuka. Warga A.S. yang merasa terlibat tadi karena keluarga atau kerabatnya menjadi korban 9 tahun lalu banyak yang berang. Mereka berpendapat pembangunan dua bangunan simbol Islam tersebut merupakan “monumen kemenangan Islam atas Amerika”. Dengan tidak mempedulikan bahwa tindakan tersebut merupakan diskriminasi dan rasis, mereka mengemukakan argumen bahwa tindakan pembangunan itu melukai perasaan keluarga dan kerabat korban tragedi 9/11.

Sementara pemerintah A.S. yang didukung dunia internasional terutama aktivis hak asasi manusia, demokrasi dan perdamaian berada di pihak seberang. Ini merupakan kondisi yang jarang terjadi di mana kebijakan pemerintah A.S. mendapatkan dukungan luas dari pihak-pihak yang biasanya malah menentangnya. Pemerintah A.S. mengedepankan asas-asas yang secara jelas tercantum dalam konstitusi negara tersebut. Dengan tegas dikatakan bahwa harus dipisahkan antara teroris pelaku penabrakan pesawat ke dua menara tersebut dengan muslim dan agama Islam. “Musuh kita adalah Al-Qaeda dan terorisme, bukan Islam,” demikian tegas Presiden Barack Obama. Sementara Walikota New York Michael Bloomberg pun mengemukakan hal senada. Antara lain mengatakan bahwa negara Amerika Serikat didirikan di atas prinsip bahwa pemerintah harus tidak boleh memilih di antara agama atau memfavoritkan satu di atas yang lainnya. Karena itu menurutnya adalah keliru apabila sebagai warga New York dan orang Amerika menolak adanya masjid di lower Manhattan (bagian kota tempat Ground Zero berada). [lebih lengkap dapat dibaca di sini].

Warga A.S. yang tidak setuju dengan pandangan ini lupa, bahwa sejarah negara mereka memang penuh rasisme. Mulai dari Ku-Klux-Klan (KKK), penangkapan semena-mena terhadap orang Jepang saat Pearl Harbour dibom, dan tentu saja perlakuan tidak adil kepada warga keturunan Jerman pasca Nazi kalah Perang Dunia II. Yang terbaru jelas penghinaan kepada muslim dan warga negara berwajah Arab pasca tragedi 9/11. Semua itu cuma dilandasi rasa dendam dan keinginan membalasnya semata. Sudah begitu, membalas dendamnya justru pada target yang keliru.

Jelas sekali. Sikap melawan kemanusiaan semacam ini harus ditentang habis. Dan apa yang diperjuangkan pemerintah A.S. kali ini benar adanya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s