The Asylum – Resensi Film

Saat membuat resensi ini, saya baru tahu kalau film berjenis horror/thriller ini sebenarnya sudah dirilis cukup lama, yaitu tahun 2006-2007. Entah menghapa film ini baru tayang sekarang di sini. Padahal, secara cerita atau special effect­-nya, tidak terlalu sadis sehingga perlu ditunda.

Ceritanya sendiri berawal dari seorang remaja putri bernama Madison Mc.Bride yang mengalami trauma karena ayahnya bunuh diri saat ia masih berusia 9 tahun. Ia bersama kakaknya Brandon melihat dengan jelas kejadian itu, yang diawali pertengkaran ayahnya dengan ibunya. Namun musabab pertengkaran bukanlah masalah rumah tangga, melainkan kekuatiran sang ayah yang mengalami delusi akut dihantui sosok tak terlihat sehingga ia memilih ‘menyelamatkan’ istri dan anaknya dengan bunuh diri. Karena menurutnya sosok-sosok hantu itu hanya mengejar dirinya.

Ternyata, di kemudian hari ‘bakat khusus’ itu juga menurun pada Brandon. Maka, ketika menjadi mahasiswa di Richard Miller University, sang kakak pun bunuh diri dengan menembak kepalanya di selasar kampus. Padahal, Brandon merupakan mahasiswa berprestasi hingga fotonya menghiasi lemari piala.

Madison memutuskan melawan trauma itu justru dengan memasuki kampus yang sama. Saat sedang menuju ke asramanya sebagai mahasiswi baru, ia bertemu pesuruh kampus yang aneh bernama Wilbur Mackey. Si pesuruh yang sudah tua mengatakan kampus itu berhantu, tapi segera ditenangkan oleh polisi kampus. Madison ditempatkan di satu seksi asrama di bawah pengawasan seorang senior bernama Rez. Di seksi yang sama terdapat rekan-rekan barunya yaitu Holt, String, Ivy, Maya, dan Tommy. Masing-masing ternyata memiliki masa lalu kelam dan masalah psikologis yang terus terbawa sampai mereka beranjak dewasa.

String yang merupakan seorang hacker –bahkan ia mengakui pernah menjebol e-bay senilai jutaan dollar- menunjukkan data di internet bahwasanya asrama mereka terhubung dengan bagian lain yang saat itu sedang dalam proses konstruksi. Bagian lain itu dirahasiakan dan ditutup. Hanya polisi kampus serta Rez yang punya kartu aksesnya. Sebabnya, bagian itu dahulunya adalah Rumah Sakit Jiwa (RSJ) –atau bahasa Inggrisnya asylum– yang dibangun tahun 1935 dan khusus menampung remaja bermasalah. Namun metode yang dipakai sang direktur RSJ ternyata kejam, seperti menusuk mata pasien. Akhirnya pada tahun 1939 terjadi pemberontakan dan Dr. Burke dibunuh. Namun, arwah dari Dr. Burke tetap penasaran dan menghantui bekas RSJ itu dengan mencari jiwa anak-anak yang tersiksa.

Maka, mudah ditebak, satu demi satu anak-anak itu terbunuh. Semua terbunuh oleh trauma masa kanaknya oleh Dr. Burke, sehingga terasa agak psikologis (dan ini cukup menarik bagi saya sebagai praktisi psikologi). Dr. Burke masuk ke pikiran korbannya dan membawanya seolah ke alam mimpi dimana di situ ia mengorek ketakutan masing-masing korban di masa kanak-kanaknya. Saya spontan teringat Freddy dari serial Nightmare on the Elm Street dan film Dream Warriors saat melihat scene demi scene pembunuhan di film ini.

Yeah, bagi saya, film ini tidak menakutkan sama sekali. Ceritanya terlalu mudah ditebak. Tapi tentu saja, tetap tidak disarankan bagi mereka yang penakut atau punya penyakit jantung. Kalau memang ada pilihan lain, lebih baik tidak perlu membuang uang menontonnya. Kecuali memang Anda sedang ngabuburit seperti saya saat menontonnya. Hehehe.

Kunjungi RESENSI-FILM.com untuk membaca resensi lainnya

(klik nama situs di atas atau klik gambar di bawah ini)

resensi-film header for lifeschool

2 responses to “The Asylum – Resensi Film

  1. Ping-balik: rangkuman berbagai film horor ;) « I love Dwike Agustina :)·

  2. Ping-balik: Resensi-Review oleh Bhayu MH » Blog Archive » The Asylum·

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s