Film ini dahsyat. Lihat saja nama-nama yang dipajang di posternya. Mereka adalah aktor-aktor action lintas generasi. Selain (Sylvester) Stallone, pemeran utama yang sekaligus juga bertindak sebagai sutradara dan penulis skenario, ada pula (Jason) Statham, (Jet) Li, (Dolph) Lundgren, (Randy) Couture, (Steve) Austin, (Terry) Crews, (Mickey) Rourke, juga (Eric) Roberts. Itu semua masih ditambah penampilan cameo aktor laga yang kini jadi Gubernur California, Arnold Schwarzenegger dan aktor kawakan Bruce Willis.
Hanya saja ada tapinya, hanya dahsyat bagi penyuka film action penuh ledakan, dengan genre “jagoan pasti menang”. Dan humor-humor yang ada memang lebih mengena bagi yang pernah menyaksikan Rambo atau Commando di dekade 1980-an. Masa muda Sylvester Stallone dan Arnold Schwarzenegger.
Film ini memang seperti aksi Rambo dan kawan-kawan, yang semuanya jagoan. Di film ini, tujuh orang jagoan laga bergabung dalam tim serdadu bayaran (mercenaries), sementara lainnya berperan sebagai musuh-musuh mereka. Kelompok serdadu bayaran ini mereka namai “The Expendables”. Nama ini ternyata diambil Stallone dari potongan dialog di film Rambo: First Blood II yang pernah dibintanginya. Artinya, kalau di film itu Rambo mengatakan: “kira-kira seperti saat seseorang mengundangmu ke suatu pesta, tapi kau tak datang.”
Ceritanya sebenarnya sederhana. The Expendables yang dipimpin oleh Barney Ross (Stallone) mendapat order untuk menggulingkan Jenderal Garza, pemimpin negara fiktif di Amerika Selatan. Ternyata sang jenderal cuma tokoh boneka dari mantan agen CIA yang berkhianat, Monroe (Roberts). Dan lebih rumitnya, putri sang jenderal ternyata tak setuju dengan ayahnya sehingga ia membantu The Expendables sebagai penghubung. Saat sang putri ditahan Monroe, saat itu pula The Expendables beraksi membebaskannya sekaligus mengakhiri kekuasaan Monroe. Tentu saja banyak adegan laga asyik, termasuk dari Jet Li yang di film ini lucunya selalu mengeluhkan posturnya yang pendek sebagai orang Asia. Juga ada humor cerdas saat Bruce Willis muncul menemui Stallone, tiba-tiba pintu terkuak dan dengan backlight ala malaikat muncullah Arnold Schwarzenegger! Humor itu saat Arnold sudah melangkah pergi karena menolak pekerjaan dari Willis seraya mengatakan ia sibuk, tiba-tiba Stallone mengatakan “he want to be a president!” dan membuat Arnold berbalik dan memandang kepada Stallone seolah berkata, “hey, aku dengar itu!” (lucu karena di kenyataannya Arnold adalah Gubernur California dan disinyalir memang akan maju sebagai kandidat presiden A.S. mendatang).
Yang membuat saya terkesan pada film ini, selain keberhasilan Stallone mengumpulkan para bintang laga tiga zaman dalam satu film, adalah efek ledakan dahsyat ala film 80-an yang minim CGI, muncratan darah di mana-mana, pameran senjata keren, namun terutama seluruh aktor harus memerankan adegan berbahayanya sendirian. Meski ada stunt-men, namun 85 % adegan dilakoni sendiri oleh mereka. Bahkan aktris Gisele Itie yang memerankan putri sang jenderal sekaligus penghubung superteam di negerinya memerankan sendiri adegan waterboarding, dimana ia diinterogasi dengan tangan terikat dan wajahnya dibebat lap kemudian diguyur air hingga kehabisan nafas.
Mungkin akan sangat menarik bila Stallone bisa merealisasikan reuni bintang laga dengan mengajak Steven Seagal dan Jean Claude van Damme sekalian. Paduan otot dan ledakan pasti akan memicu adrenalin. Hanya saja, perlu skenario lebih kuat agar film makin enak ditonton generasi sekarang, bukan hanya mereka yang pernah melihat Stallone muda saja.
Kunjungi RESENSI-FILM.com untuk membaca resensi lainnya
(klik nama situs di atas atau klik gambar di bawah ini)
Ping-balik: RED – Resensi Film « LifeSchool by Bhayu M.H.·
Ping-balik: Resensi-Review oleh Bhayu MH » Blog Archive » RED·
Ping-balik: The Expendables : Resensi-Review Bhayu·