Pasca kalahnya Andi Mallarangeng dari perebutan kursi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat (Ketum DPP PD), sebenarnya kita bisa berharap hal positif darinya. Ini tentu terkait posisinya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga. Apa hal positif itu? Tentu saja agar Andi bisa berkonsentrasi penuh pada pengembangan dunia olahraga -dan tentunya juga kepemudaan- di tanah air. Apa misalnya?
Jelas saja, yang utama adalah membawa nama Indonesia ke kancah internasional. Saat ini, praktis tidak ada cabang olahraga yang mampu membuat nama kita harum. Bahkan bulutangkis yang dulu kita adalah negara ‘superpower’ pun kini sedang ‘mati suri’. Meski, tentu saja rekor negara yang pernah merebut Piala Thomas terbanyak tetap kita pegang, tapi itu masa lalu. Kita perlu prestasi baru yang menyegarkan.
Piala Dunia kali ini pun tak dilewatkan dari pengamatan Presiden SBY yang beserta sejumlah menteri -termasuk Menpora- mengadakan acara ‘nonton bareng’ pertandingan perdana antara Afrika Selatan melawan Meksiko. Akan lebih baik bila momentum ini juga dimanfaatkan untuk pembenahan persepakbolaan nasional. Jujur saja saya tidak tahu banyak soal ini kecuali dari carut-marutnya pemberitaan di media massa tentang PSSI. Misalnya saja keberanian PSSI saat menentang FIFA yang merekomendasikan pencopotan Nurdin Halid dari kursi Ketua Umum PSSI saat ia ditahan. Saya tidak mengerti alasan dari kubu Nurdin selain perspektif bahwa mereka merasa tidak melanggar statuta PSSI. Padahal, statuta ini belum diratifikasi oleh FIFA. Namun yang paling menonjol dari semua itu adalah nuansa ‘project oriented’. Melakukan usulan ‘bidding’ menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 atau 2022 tanpa persiapan matang dan minim dukungan termasuk dari pemerintah juga kental nuansa proyeknya. Demikian pula program-program pembinaan terutama ke luar negeri, yang sampai sekarang tak terasa satu pun hasilnya.
Sesungguhnya, semua suara keras dan kritik ditujukan demi kebaikan dunia persepakbolaan nasional. Janganlah niat atlet mengharumkan nama bangsa kemudian dicemari dengan ketidakseriusan pengurus apalagi dengan berorientasi proyek semata. Ini sebenarnya bukan cuma untuk sepakbola, tapi juga di semua sektor. Karena banyak orang di negara kita sepertinya cuma gemar jadi penonton di urusan prestasi apalagi yang tidak menghasilkan materi, tapi akan berbondong-bondong jadi pemain di urusan ‘rayahan’ proyek yang jelas akan mempertebal pundi-pundi materi diri.
## Geleng-geleng ##