Saya sungguh tidak tahu, lupa, atau apalah namanya, tapi tidak bermaksud tak peduli, bahwa hari ini adalah hari bumi. Baru ngeh saat pelayan di sebuah toko di pusat perbelanjaan meminta pasangan saya yang belanja kosmetik agar tidak perlu memakai plastik belanjaan, tapi dimasukkan saja ke dalam tas. Karena memang barangnya kecil-kecil, ya tidak masalah.
Dengan permintaan itu, saya jadi berpikir, seberapa besar sih sumbangsih kita secara perorangan pada kelestarian bumi? Berbagai kampanye yang didengungkan memang ditujukan untuk perorangan. Dan meski perlahan, saya pikir sudah banyak yang menyadari pentingnya memelihara bumi tempat kita tinggal yang cuma satu ini, terutama di negara maju. Daftar perbuatan pribadi yang bisa dikategorikan pro-lingkungan dan menyayangi bumi antara lain:
- Membuang sampah pada tempatnya. Akan lebih baik lagi bila dipisahkan antara yang organik dengan non-organik, apalagi yang Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
- Mengurangi pemakaian plastik pada segala aplikasinya, menggunakan ulang yang masih bisa dipakai terutama untuk kantong plastik. Kecuali yang untuk tempat makanan harus bebas PET (Poly Ethylene Terephthalate) agar bisa digunakan ulang.
- Mengurangi bahkan kalau perlu meniadakan pemakaian styrofoam. Gunakan ulang bila mendapatkan dari penjual.
- Menanam pohon di lahan kita. Terutama yang berbatang pokok kayu keras.
- Mengurangi pemakaian AC. Atau minimal menggunakan bahan pengisi AC (freon) yang bebas CFC (Chloro Fuoro Carbon).
- Membersihkan lingkungan terutama got dan saluran air lain secara teratur.
- Mematikan lampu atau alat listrik lain bila tidak digunakan, terutama bila tidak ada orang di ruangan tersebut.
- Mengkonsumsi makanan organik. Ini agar mengurangi sampah yang dihasilkan dari makanan cepat saji hasil industri termasuk juga mengurangi pemakaian pestisida di pertanian.
- Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor. Ini selain mengurangi pemakaian bahan bakar minyak bersumber dari fosil yang makin langka, juga mengurangi polusi.
Mungkin LifeLearner bisa menambahkan data sendiri, perbuatan-perbuatan apa yang dikategorikan ramah lingkungan. Akan tetapi, sepertinya upaya budaya yang ditujukan kepada perorangan cuma akan ‘membuat capek’ rakyat saja sementara belum ada peraturan dan tindakan nyata dari penguasa. Rakyat akan selalu jadi pihak yang ditekan. Misalnya, untuk apa mengurangi pemakaian mobil pribadi tapi mobil pejabat malah boros dengan iring-iringan pengawalannya yang panjang. Bahkan dalam “Car Free Day”, pejabat yang meresmikan saja masih naik mobil. Demikian pula pembatasan ambang polusi bagi kendaraan umum dan pabrik-pabrik juga belum jelas. Bahkan untuk pabrik masih ada masalah limbah yang banyak terdiri dari B3, yang entah bagaimana pengawasannya yang jelas kali-kali di seputaran ibukota tak ada yang jernih.
Jadi, meski penyadaran individu dengan kampanye seperti dilakukan oleh toko kosmetik tadi bagus, akan lebih bagus lagi bila dilakukan di skala makro. Ini karena hasilnya akan massif dan signifikan bagi bumi kita.
Sumber foto: blog.taigacompany.com