Tsunami & Kiamat

Bagi yang sudah menyaksikan film 2012 yang heboh itu, tentu akan bisa menyaksikan bagaimana Hollywood dengan teknologi CGI (Computer Generated Imagery)-nya yang ultra-modern mampu memproduksi gambaran bencana dahsyat gempa bumi yang kemudian menyebabkan tsunami. Namun, betapa pun dahsyatnya gambaran itu, apa yang terjadi di realitas jauh lebih dahsyat lagi.

26 Desember 2004, tsunami terbesar dalam sejarah peradaban modern manusia melanda Samudera Indonesia (atau Samudra Hindia). Gelombangnya menghempas sejumlah negara, namun kerusakan terparah dialami oleh provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Khusus di negara kita, jumlah korban mencapai  126.915 orang meninggal dunia dan sekitar 100.000 orang lainnya luka-luka.  Tugas Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) NAD/Nias sendiri telah berakhir pada 16 April 2009 meski masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah tak selesai.

Terlepas dari kinerja BRR, tsunami Aceh yang dahsyat setidaknya menunjukkan pada kita bahwa segala teknologi manusia ternyata tak berdaya menghadapi alam. Peradaban dan kebudayaan yang dibangun sekian lama dapat musnah dalam sekejap. Gambaran kiamat seolah menjadi nyata.

Memang, akhir-akhir ini kekuatiran pada datangnya kiamat kembali mengemuka. Dipicu oleh penemuan kalender suku bangsa Maya yang berakhir pada 21-12-2012, kehebohan mengenai kiamat telah menghiasi media massa dan forum-forum internet sejak tahun lalu. Di tahun ini, kemunculan film 2012 seakan menjadi sebuah klimaks bahwa kemungkinan kita memang tengah menuju kiamat dalam waktu dekat.

Sebenarnya, kiamat hanya dikenal dalam agama monotheis. Baik Yahudi, Kristen maupun Islam. Hindu dan Buddha tidak mengenal konsep ini. Apalagi agama-agama minor lain, dalam artian yang pengikutnya sedikit. Baha’i dan Sikh barangkali pengecualian karena merupakah sinkretisme Islam dengan konsep agama lain terutama Hindu. Uniknya, tiap agama mengklaim kebenaran atas konsep mereka masing-masing. Tentunya termasuk pula kebenaran pada ajaran agamanya dan Tuhan yang mereka sembah.

Saya tidak hendak mengatakan dalam tulisan ini konsep kiamat mana yang paling benar. Namun dalam mengingat apa yang terjadi 5 tahun lalu, hendaknya kita semua sebagai manusia senantiasa berkaca, bahwa yang namanya musibah apalagi bencana alam suatu saat mungkin terjadi. Dan yang pasti terjadi pada semua makhluk hidup sebenarnya adalah kematian. Maka, daripada mencemaskan dan memperdebatkan apakah benar pada 2012 akan terjadi kiamat, lebih baik kita mempersiapkan diri. Secara pribadi tentu kita memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan, namun sebagai anak bangsa kita musti melakukan persiapan menghadapi “kiamat-kiamat kecil” seperti tsunami 2004. Pembangunan sarana-prasarana termasuk mekanisme tanggap-darurat harus lebih matang. Apalagi, Indonesia adalah “ring of fire”, yang pasti akan sering terjadi bencana akibat banyaknya gunung api dan pergesekan lempeng bumi di wilayah kita. Bila kiamat agama tak mungkin dihindari, namun “kiamat kecil” karena bencana alam bisa diminimalisir jumlah korbannya apabila kita siap sedini mungkin.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s