Mau Jadi Menteri?

Menjelang pelantikan presiden terpilih hasil Pilpres 2009, kantor Sekertariat Negara (Setneg) dan rumah pribadi SBY di Cikeas kabarnya kebanjiran lamaran. Lamaran apa? Ya jadi menteri. Karena menteri dan anggota berbagai lembaga tinggi negara kini dianggap sama saja dengan jenis pekerjaan lainnya, maka cara agar bisa ‘dilirik’ yang mempekerjakan (employer) ya dengan melamar. Karena dalam hal ini pengangkatan menteri sesuai konstitusi adalah hak prerogatif presiden, maka tentu saja banyak pihak ramai-ramai ‘carmuk’ atau cari muka -atau bahasa halusnya merapat- kepada beliau. Segala jalan dan celah dilalui agar  bisa ‘merapat ‘ itu tadi.

Sebenarnya, jadi menteri itu bukanlah pekerjaan dalam arti profesional seperti halnya bekerja di perusahaan.  Karena menteri adalah jabatan politis. Karena presiden terpilih kerapkali harus berbagi kekuasaan dengan pihak-pihak yang mendukungnya dalam Pemilu, maka ada ‘jatah’ tertentu yang harus ‘dibagikan’. Jatah ini terutama untuk partai politik (parpol) yang merasa telah membantu mengerahkan massa pemilhnya. Apalagi dalam Pemilu Presiden langsung, tentu terjadi berbagai ‘deal politik’ antara kandidat presiden dengan berbagai pihak.

Sepanjang sejarah Indonesia, baru kabinet Ir. H. Juanda (9 April 1957 – 22 Juli 1959) yang dikenal sebagai Kabinet Karya atau Zaken Kabinet. Itu karena isinya adalah orang-orang profesional di bidangnya dan sama sekali tidak mewakili unsur atau golongan apapun termasuk dari parpol sekali pun. Sayangnya, kabinet ini juga tidak berumur lama dikarenakan sistem demokrasi parlementer yang dianut saat itu memudahkan parlemen yang dikuasai parpol mengajukan mosi tidak percaya.

Sementara, pasca reformasi, pengisian kabinet lebih banyak menjadi ‘rahasia presiden’. Ini seperti melanjutkan tradisi Orde Baru yang sistem presidensialnya begitu kuat. Padahal, amanat reformasi semestinya mengedepankan aspirasi rakyat sehingga selayaknya dipilih pribadi yang memang kompeten di bidangnya.

Mengingat menteri adalah ‘rahasia presiden’, maka agar pribadi yang merasa mampu menjadi menteri pun melakukan berbagai cara. Ada yang lewat parpol, ada yang lewat lamaran langsung, bahkan ada yang sampai menitip lamaran kepada mertua presiden segala. Mungkin yang belum menitip bisikan lewat paranormal agar presiden memimpikan yang bersangkutan dan kemudian meneleponnya. 🙂

Tradisi menelepon calon menteri pun lazim dilakukan. Tidak hanya di sini, tapi juga di negara maju, Tentu saja, ditelepon presiden meski merupakan ‘tahap akhir’ dari sebuah proses penjaringan calon menteri, namun tetap saja belum tentu akan dimasukkan namanya. Walhasil, semua kembali lagi pada ‘rahasia presiden’. Dan itu sulitnya sama dengan memastikan Argentina di bawah pelatih Diego Armando Maradona bakal lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. So, Anda masih mau jadi menteri?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s