Semua orang pernah bermimpi. Apa sebenarnya kaidah mimpi itu?
Mimpi merupakan dunia bayangan yang hinggap di otak kita sewaktu sedang relaksasi sempurna atau tidur. Para ahli sendiri hingga kini memiliki teorema berbeda tentang mimpi, tergantung dari sudut pandang mana ia dikaji.
Satu yang menarik dari mimpi adalah kerapkali ia tidak sesuai dengan kondisi di dunia nyata. Kejadiannya pun bisa sangat fantastis. Misalnya kita mendadak jadi bisa terbang yang mustahil di dunia nyata.
Karena efek dramatisasi itulah, mimpi menjadi menyenangkan. Kita yang sehari-hari “bukan superstar” seperti lagunya Project-Pop, bisa tiba-tiba jadi superstar dalam dunia mimpi. Pendeknya, segala hal bisa terjadi dalam mimpi. Sayangnya, hampir mustahil pula bagi kita mengatur mimpi apa yang bisa kita alami. Malah, katanya tidur paling nyenyak adalah bila tidur tanpa mimpi. Walau sebenarnya ini keliru karena tiap kali kita tidur pasti bermimpi. Nah, mimpi yang tidak teringat itu adalah mimpi yang sampai selesai. Sementara mimpi yang masih diingat ketika bangun tidur adalah mimpi yang terpotong, biasanya karena mendadak dibangunkan atau mimpinya buruk. Karena itulah orang sering bilang kalau tidur tanpa mimpi itu paling enak, karena sebenarnya dalam keadaan “deep sleep” itu mimpi kita selesai sebelum bangun.
Dalam keseharian, kata mimpi kemudian mengalami pergeseran makna menjadi cita-cita yang nyaris mustahil. Sehingga, seringkali orang menghinanya dengan kalimat semacam, “mimpi aje lu!”
Akan tetapi, nyaris mustahil bukanlah mustahil. Bahkan, semua yang kita nikmati hari ini bermula dari mimpi orang-orang yang rela dianggap gila pada zamannya. Oliver dan Wilbur Wright bermimpi ingin membuat manusia bisa terbang seperti burung. Dan akhirnya mereka mampu menciptakan pesawat!
Karena itu, apabila pada saat ini Anda sedang membangun impian masa depan Anda, teruskan! (bukan lanjutkan, nanti dikira kampanye, hehe). Terkadang, kita memang seperti sendirian saat membangun impian itu. Apalagi, upaya membangun impian itu kerapkali dilecehkan orang lain. Mereka bertindak begitu karena tidak percaya pada impian Anda. Secara tidak langsung, mereka berupaya membuat Anda gagal saat membangun impian. Kalau Anda terpengaruh, maka pasti gagallah Anda. Tapi kalau tidak, niscaya impian Anda akan terwujud. Pada saat itulah, mereka yang tadinya menghina dan melecehkan akan menelan muntahnya sendiri. (eh, ini peribahasa lho, jangan diartikan harfiah duong).
Saya jadi teringat pada kalimat yang ditulis M. Arief Budiman, Director PT Petakumpet dalam bukunya Jualan Ide Segar.. Katanya: “Anda tidak berhutang apapun pada orang yang tidak percaya pada impian Anda, seliar apapun impian itu. Tanggung jawab terbesar justru untuk mewujudkan apa yang Anda percaya.”