Melanjutkan sharing kemarin, kali ini saya melanjutkan tentang karyawati kedua yang telah berhasil ‘menipu’ saya. Cerita pecundang kedua ini tak kalah anehnya. Ia berwajah mirip seorang artis sinetron. Cantik wajahnya, tapi tak cantik hatinya. Hobinya dandan. Seusai gajian, dua hari kemudian ia minta uang lagi pada saya. Memang, tambahan di luar gaji seperti komisi belum diperhitungkan saat pemberian gaji. Tapi alasannya dong: “gaji saya kemarin sudah habis, Pak. Buat beli kosmetik.” Halah!
Hanya tiga hari setelahnya, tanpa pamit, tanpa bicara apa-apa, ia menghilang. Saat itu tanggal 5 di tengah minggu. Ditelepon tidak bisa. Di-SMS tidak membalas. Itu terjadi berhari-hari. Barulah sekitar 10 hari kemudian datang surat di amplop putih. Isinya? Ia resign. Astaga! Alangkah tidak sopannya! Sungguh tidak tahu etiket kerja. Baru satu bulan kerja dan kabur seperti TKW yang dipukuli majikan. Padahal, jelas saya tak pernah memukuli siapa pun kecuali nyamuk.
Sudah begitu, dalam suratnya ia menyebut alasannya resign adalah karena ia merasa kami memberi tugas di luar job description-nya malah untuk hal pribadi. Well, saya tahu apa itu tugas kantor dan apa itu keperluan pribadi. Coba, ia saya minta membuat konsep training yang akan saya bawakan. Hal ini mengingat perusahaan saya memang menyediakan training untuk perusahaan dengan sejumlah trainer termasuk saya. Apa itu hal pribadi?
Alangkah bodohnya dia! Hal pribadi itu kalau saya menyuruh kamu beli celana dalam saya, goblok!
Pernah lihat acara tivi selain sinetron murahan nggak sih? Tahu tidak kalau Metro TV itu punya acara namanya Kick Andy? Andy itu siapa? Pemimpin Redaksi Divisi Pemberitaan-nya Metro TV. Kamu pasti tidak tahu siapa dia, kan? Dan apa acara itu acara pribadinya Andi? Jelas tidak! Konsep seperti itulah yang saya maksudkan. Dasar otak cuma ditaruh di bedak. Ya jadinya begitu itu.
Untuk karyawati kami yang ini, analisa kami adalah karena ia menderita “narcissus complex” yang kemudian menimbulkan “waham kebesaran” atau “megalomania complex”. Ia merasa begitu hebat, cantik, pintar. Pendeknya, ia merasa “I’m too sexy”, meminjam lagu yang sempat dipopulerkan Right Said Fred di tahun 1992. Pantas saja ia tidak pernah bekerja lama di suatu tempat. Karena ia merasa terlalu segalanya untuk tempatnya bekerja. Posisinya sebagai anak sulung dari sebuah keluarga berada membuatnya seakan tak butuh kerja. Kalau bekerja pun, ia maunya jadi pusat perhatian. Mungkin langsung jadi direktur.
Untuk menambah jelas mengenai dugaan ini, kami coba menghubungi perusahaan yang menurutnya pernah ‘nyaris’ menerimanya. Ternyata, keterangan dari perusahaan itu bertolak-belakang dengan pernyataan mantan karyawati saya itu. Rekomendasi perusahaan itu? Negatif!
Hal itu membuat saya makin yakin, bahwa orang Indonesia harus dijatuhi asas praduga bersalah yang berhubungan dengan pekerjaan. Mereka harus diduga tidak mampu bekerja sampai mereka mampu membuktikannya. Karena saya berpikiran ala barat alias “western minded”, saya percaya saja bila ada orang yang bilang ia mampu mengerjakan ini-itu. Ternyata, pengalaman saya membuktikan, pengakuan itu lebih banyak bohongnya. Karena itulah saya merasa tertipu oleh dua mantan karyawati saya itu. Ngakunya doang bisa, padahal bisanya cuma nggerundel. Bah!
Itulah sekelumit pengalaman saya dengan dua pegawai yang masuk dengan cara berbeda, satu melalui tes, satu tanpa tes melalui rekomendasi. Satu yang saya belajar: jangan mudah percaya pada pengakuan orang lain akan kemampuan yang diklaim dimilikinya.
Terima kasih ya Pak atas PUJIANNYA. Sy tersanjung dikatakan mirip dg artis sinetron. Tp sptnya otak sy gak cuma ditrh di bedak. Buktinya sy bisa “menipu” bpk yg jelas jauh lebih INTELEK dan PROFESIONAL dr sy.
Mungkin sy mmg narsis, tp yg sbnrnya menderita WAHAM KEBESARAN mnrt sy adalah….
Sy rs bpk tau sdr jawabannya
Biar bgmnpun sy sampaikan trm kasih krn sdh memberikan ksmptn u bekerja di perusahan bpk
Dan skrg sy sdh bekerja di sebuah prshn asing ternama
Bukankah itu membuktikan kalau sy ckp kompeten??
Krn yg menilai kemampuan sy bkn hanya bpk dan ibu
Terima kasih dan maaf sdh membuat bpk kecewa 🙂
Terima kasih atas comment-nya. Selamat kalau sudah bekerja di tempat lain. Hanya saja saya ingatkan bahwa apa yang Anda lakukan kepada saya adalah sebuah “serangan pribadi”, terlebih dengan isi surat resign Anda yang dikirimkan jauh hari setelah Anda menghilang dari kantor tanpa pamit. Di kantor mana pun, asing atau bukan, tindakan itu tidaklah patut dilakukan. Apalagi saya mendapat informasi bahwa tindakan Anda dilandasi prasangka kepada saya, tanpa konfirmasi langsung kepada saya sebagai atasan Anda. Walau begitu, selamat melanjutkan hidup. Anda kompeten atau tidak, bukan saya yang menilai dalam hidup ini. Bekerja di perusahaan asing bukanlah sebuah ukuran, karena keberhasilan memaknai hidup-lah yang akan menilai. Dan itu memakan waktu hingga akhir hidup kita kelak.