Saya masih SD, kalau tidak salah ingat kelas 4, saat ibu perkasa ini mengobarkan revolusi di negaranya: Filipina. Dia adalah janda dari pahlawan Filipina Benigno “Ninoy” Aquino Jr. Hanya karena “kecelakaan sejarah” sajalah ia kemudian menjadi pahlawan di negaranya. Suaminya ditembak saat baru turun dari pesawat sepulang dari pengasingan di Amerika Serikat dengan satu niat: melawan kediktatoran rezim Ferdinand Marcos. Pasca peristiwa pembunuhan di tahun 1983 itu, kharisma janda Ninoy itu makin menguat. Menyandang nama Maria Corazon Sumulong Cojuangco Aquino, ia akhirnya lebih dikenal dengan nama panggilannya: Cory.
Satu hal yang saya ingat adalah euforia rakyat pada kebebasan yang begitu besar. Dukungan pada Cory menguat begitu cepat sehingga tercipta “People Power”. Gerakan jutaan rakyat ini mengagumkan, membuat mata dunia menoleh ke Filipina. Diktator Ferdinand Marcos yang telah berkuasa lebih dari 20 tahun (30 Desember 1965 – 25 Februari 1986) pun tumbang. Tentu saja, faktornya bukan Cory semata. Ia didukung pula oleh gereja Katolik Filipina yang amat berpengaruh, sebagian kalangan militer, dan tentu saja rakyat yang bosan dikekang.
Saya juga teringat pada pemaknaan baru warna kuning yang digunakan Cory dan LABAN (Lakas ng Bayan), partainya. Di Indonesia, warna kuning identik dengan status quo yang diwakili Golkar. Sementara, di Filipina, warna kuning ini justru warna gerakan pro-demokrasi dan kebebasan. Dan pada Pemilu yang diadakan pada hari ulang tahun saya (hehe, numpang narsis), yaitu 7 Februari 1986, Cory yang menggandeng Salvador Laurel dari Partido Demokratiko Pilipino akhirnya memenangkan suara rakyat. Meski mendapatkan tekanan dan intimidasi dari penguasa, akhirnya Cory sah menjadi Presiden ke-11 Filipina dan perempuan pertama di Asia yang berhasil menduduki jabatan terhormat tersebut.
Kini, Cory telah berpulang dalam usia 76 tahun. Komplikasi berbagai penyakit menerpanya, namun kanker usus besarlah yang mengakhiri perjuangan panjangnya. Kanker itu menyebabkan menyebarnya berbagai penyakit ke organ-organ tubuh lainnya. Perjuangannya menegakkan demokrasi di Filipina telah menginspirasi banyak negara, termasuk Indonesia.
Paalam na po, Tita Cory. Selamat jalan, Tante Cory.
Rakyat Filipina dan kami semua aktivis pro-demokrasi seluruh dunia mencatat namamu dalam tinta emas.
Photo courtesy of http://corazonaquinolife.blogspot.com/