Kemarin, secara tak sengaja saya melihat posting undangan di FB ini oleh Mario, salah seorang adik angkatan saya di UI. Isi postingannya, ada perayaan HUT Suara Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang diadakan Sabtu sore di Galeri Nasional, Jakarta. Meski tidak ada undangan resmi, lagipula HP saya yang nomornya mereka tahu sedang rusak, maka saya putuskan meluncur ke sana. Saya pikir, hebat juga bisa menyewa Galeri Nasional untuk acara ulang tahun. Sesampai di sana, masih sepi, saya pun dengan pe-de masuk ke ruangan utama. Lho, kok malah pameran lukisan Basuki Abdullah? Setelah bingung tanya-tanya, ternyata acara diadakan di ruangan aula di belakang ruang utama. Yah, masih lumayan lah. Untung nggak pakai malu, he!
Meski dibuka dengan game yang basi, dilanjutkan dengan FGD (Focus Group Discussion) yang nggak kalah jayusnya, inti acara adalah kangen-kangenan antar generasi. Sayangnya, saya cukup kecewa, ternyata masalah-masalah yang dihadapi tidak beranjak dari saat saya menjabat sebagai Pemimpin Redaksi – Pemimpin Umum dahulu. Malah, saya dapat informasi bahwa kini Rektorat UI yang dipimpin rektor muda berprestasi yang bervisi jauh ke depan ternyata malah kembali otoriter. Misalnya adanya keharusan untuk draft penerbitan disetujui dulu sebelum dicetak. Saya terus terang heran, kenapa malah di masa reformasi ini kebijakan kontrol pers ini diberlakukan.
Tadinya, saya berharap ada kabar gembira dari adik-adik penerus perjuangan kami dulu. Ternyata masalah klasik yaitu dana terus melanda. Apalagi kini rektorat menghentikan subsidi dana sehingga harus mandiri 100 %. Ini akibat sampingan dari UU BHMN/BHP. Masih banyak lagi perjuangan pers mahasiswa untuk eksis. Apalag di era kebebasan pers, pers umum bisa menyajikan berita tanpa kontrol pemerintah. Praktis, kritisisme yang dulu dimiliki pers khusus semacam pers mahasiswa tidak lagi eksklusif. Karena itu, seharusnya pers mahasiswa mencari penyiasatan. Ya, saya sudah berikan sejumlah nasehat kemarin. Tapi sepertinya saya harus segera merealisasikan sejumlah buku saya yang tertunda terus itu. Minimal, bisa jadi acuan agar tiap kali datang ke acara semacam ini tidak ditanya hal yang sama terus.
Keterangan foto: Saya (ketiga dari kanan) berpose bersama para Pemimpin Umum (PU) Suara Mahasiswa dari berbagai angkatan.
Foto oleh: Gayuh “Chibi” Utami Nugroho